“Kalau dampak nasional saya kira tergantung nanti, seberapa jauh efeknya ke, apakah selanjutnya akan ada penutupan atau ada apa? Justru kan Toshiba, Panasonic sendiri kan sudah dibeli kalo enggak salah ya oleh perusahaan, kalau enggak salah ada investor luar yang masuk di tahun lalu,” ujar Tauhid saat dimintai pendapatnya, Jumat (1/3/2024)
Sebaliknya, jumlah karyawan hingga nilai investasi yang tergolong kecil, maka kebangkrutan Toshiba tidak begitu berarti bagi Indonesia. Produk Toshiba di pasar tanah air memang mulai berguguran, lantaran kalah bersaing dengan produk impor serupa dari negara yang berbeda, seperti China dan Korea Selatan (Korsel).
“Sudah mulai kalah, produk televisi sudah enggak, sudah mulai berguguran dengan produk-produk Korea ya, Samsung dan sebagainya. Sebenarnya dia kalah oleh persaingan begitu,” beber dia.
Tauhid juga memandang, bila raksasa teknologi dan elektronik itu diakuisisi oleh perusahaan lain, maka tidak ada dampak yang perlu dikhawatirkan bagi Indonesia.
“Nah, kalau dipengaruhi investor luar menurut saya sih enggak worry soal itu dampak ke ekonomi nasional. Toshiba kan tergantung karyawannya ada berapa, dan kekuatan di Indonesia, baru kita hitung dampak investasinya. Tapi kalau dia diambil alih oleh pelaku bisnis lainnya dampaknya relatif kecil,” kata Tauhid.
(FRI)