IDXChannel - Industri perbankan nasional menghadapi tekanan besar sejak pandemi virus Covid-19. Termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang harus berjuang agar tetap bisa untung ditengah pandemi, apalagi cukup banyak karyawannya yang meninggal akibat virus ini.
Bank BCA melakukan perjuangan berat demi melayani pembiayaan dan menopang pertumbuhan ekonomi nasional di masa pandemi covid19 tahun 2020. Pengorbanan perseroan mulai dari biaya yang harus dikeluarkan hingga karyawan yang meninggal.
Presiden Direktur Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan sepanjang pandemi covid19 pihaknya harus menanggung biaya tidak kecil karena perseroan memiliki 24 ribu lebih karyawan. Dari jumlah tersebut terdapat puluhan karyawan yang dirawat karena terkena covid19.
“Jumlah karyawan yang meninggal ada 18 orang karena covid19," ujar Jahja dalam webinar yang digelar Bank BCA di Jakarta, Selasa (9/2/2021)
Dia juga mengatakan selama pandemi terdapat biaya yang bisa dihemat karena terbatasnya aktivitas fisik. Tapi di sisi lain ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan. Seperti untuk pembelian masker, vitamin, susu, hingga perawatan karyawan. "Ini biaya yang harus kami tanggung," ujarnya.
Sejak awal mula pandemi, BCA telah mengambil berbagai langkah untuk melindungi karyawan dan nasabah dari imbas pandemi COVID-19. Inisiatif tersebut termasuk ozonisasi disinfektan secara berkala, menegakkan disiplin protokol kesehatan, mendukung kebijakan work-from-home dari Pemerintah, menerapkan pembagian operasional kerja (split operation), pemasangan terminal hand sanitizer, penerapan penilaian mandiri atas risiko COVID-19 bagi karyawan dan pengunjung, dan menyelenggarakan edukasi bagi karyawan secara virtual.
Untuk komunitas, program CSR BCA melalui “Bakti BCA” menyediakan bantuan sosial, donasi alat kesehatan, dan kebutuhan dasar masyarakat. BCA selalu menjunjung tinggi nilai-nilai untuk menjadi responsible corporate citizen.
Seperti diketahui, BCA mencatat laba bersih secara year on year menjadi Rp 27,1 triliun hingga akhir Desember 2020. Nilai itu turun 5,0 persen dibandingkan laba bersih 2019 yang sebesar Rp 28,6 triliun. (RAMA)