Karena sejak kecil bermimpi menjadi tentara, Shabilla berupaya mengejar mimpinya itu sejak masih duduk di bangku sekolah dengan aktif mengikuti kegiatan organisasi demi mempersiapkan diri untuk pendaftaran usai kelulusan SMK.
“Sejak SD saya aktif organisasi agar nanti terbiasa jika jadi tentara. Seperti kepramukaan. Saya berusaha memperbaiki kekurangan dan berlatih sejak usia 18 tahun. Alhamdulillah setelah mendaftar dua kali, saya berhasil lolos,” tuturnya.
Shabilla adalah salah satu dari sekian prajurit TNI dari keluarga sederhana. Bagi anak dari keluarga berkecukupan, menjadi tentara mungkin tak ubahnya lolos rekrutmen kerja, namun bagi Shabilla dan anak lain, lolos menjadi TNI adalah prestasi yang berarti besar.
Itulah kisah inspiratif anak kuli bangunan jadi tentara.
(Nadya Kurnia)