Low termasuk kontraktor pertama di Indonesia yang menggunakan palu diesel untuk mempercepat pemancangan. Saat bekerja ia mendapat robosan baru, dan merasa itu adalah sebuah keberuntungan.
Ia juga menjalin kerja sama dengan Jaya Steel yang termasuk anak perusahaan dari Pembangunan Jaya, perusahaan gabungan antara pemerintah Jakarta dan pengusaha lokal.
Awalnya kepemilikannya dibagi 50/50, namun kemudian Low mengambil alih secara penuh.
Low ingin punya pekerjaan yang pendapatannya stabil daripada pendapatan bisnis kontruksi sipil. Hingga pada 1987, Low memutuskan untuk masuk dalam bisnis kontraktor baru bara. Saat itu industri tersebut masih dalam tahap pengembangan.
Selama tahun 1990-an, produksi dalam negeri meroket dari 4,4 juta ton jadi 80,9 juta ton, dibantu oleh kebijakan yang mendukung penambang yang mau meningkatkan investasi.