Sebelum melakoni bisnis binatu, Apik adalah lulusan STM Telkom yang bekerja di PT Indosat Tbk (ISAT) di bidang internet. Ia berasal dari Nganjuk, Jawa Timur, dan merantau ke Jakarta sejak 2001 untuk mencari nafkaf.
Setelah lama bekerja di Indosat, orang tua Apik menyarankannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah, yang pada akhirnya ia sanggupi. Pada saat itulah ide bisnis binatu muncul.
“Saya ikut kuliah malam, dengan kesibukan kantor dan kuliah itu nyuci pasti malas. Di Kebagusan (Jaksel) saat itu—tahun 2005—laundry belum banyak. Dari situ akhirnya terbersit ide, kenapa tidak buka laundry saja?”
Apik sendiri tidak memiliki pengalaman sebagai pebisnis, kedua orang tuanya pun bekerja sebagai PNS. Namun Apik tetap menjajal peluang bisnis itu dengan perhitungan; jika ia menghabiskan Rp200.000/bulan untuk laundry, bagaimana lagi dengan keluarga yang menggunakan jasa cuci setrika?
Kisah Sukses Usaha Setelah Resign, Dirikan Laundry di Era Blogspot
Apique Laundry akhirnya dibuka pada 2008. Saat itu Apik menggelontorkan modal Rp15 juta dan kenekatan saja, pasalnya ia tidak tahu menahu bagaimana standar pencucian pakaian yang layak untuk jasa binatu.