2. Perjalanan Bisnis Djoko Susanto
Pada usia 17 tahun, Djoko sudah mengelola 560 warung kaki lima milik orang tuanya di salah satu pasar tradisional Jakarta. Sifat pekerja kerasnya membuat Djoko mengembangkan usahanya, bahkan menjual rokok.
Profil dan Kekayaan Djoko Susanto, Pendiri Alfamart Berharta Rp23,8 Triliun. (FOTO: MNC Media)
Keberhasilan Djoko menarik perhatian Putera Sampoerna, seorang raja rokok kretek. Pada awal tahun 1980, keduanya bertemu dan pada tahun 1985, mereka sepakat untuk mendirikan 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta. Pada tanggal 27 Agustus 1989, Alfa Toko Gudang Rambat didirikan. Pada tahun 1994 nama Alfa Toko Gudang Rambat berubah nama menjadi Alfa Minimart.
Sayangnya, pada tahun 2005, kemitraan antara Djoko dan Putera Sampoerna berakhir ketika Putera Sampoerna menjual perusahaan, anak perusahaan dan seluruh sahamnya, termasuk 70% saham Alfa Minimart di Phillips Morris International. Namun, perusahaan Phillips tidak tertarik dengan bisnis ritel dan akhirnya menjual saham Alfa Minimart kepada Djoko. Setelah itu, Djoko memulai bisnis ritel Alfa Supermart.
Bisnis ritel Alfa Supermart di bawah payung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, perusahaan berkembang sangat pesat, pada tahun 2013 Djoko membeli kembali saham Nirthstar dan memiliki 65% saham perusahaan. Pada tahun 2007 Djoko mendirikan Alfa Midi di bawah payung PT. Grand Midimart.
Djoko harus merelakan Alfa Supermarket pindah ke Carrefour dan akhirnya fokus ke Alfa Midi. Pada akhirnya, ia meraih sukses besar, ia mampu bekerja sama dengan Lawson, salah satu merek toko serba ada Jepang.
Hingga saat ini, ada sekitar 5.500 toko di bawah payung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. dengan berbagai merek seperti Alfamart, Alfa Midi, Lawson bahkan Alfa Express. Jaringan toko swalayan Indomaret milik Anthony Salim adalah satu-satunya saingan utama Alfamart.