IDXChannel – Bos Tesla, Elon Musk menyelesaikan akuisisi Twitter di tengah lesunya sektor teknologi. Tercatat, bos raksasa teknologi seperti Mark Zuckeberg hingga Bill Gates juga mengalami penurunan harta kekayaan karena turunnya kinerja perusahaan.
Melansir Wall Street Journal, Musk menunjukkan sinyal untuk mengakuisisi platform media sosial tersebut pada Jumat (28/10). Adapun sumber tersebut juga menyebutkan bahwa bank mulai mengirimkan uang untuk mendukung kesepakatan tersebut.
Selain itu, Musk juga telah mengubah bio di Twitternya menjadi “Chief Twit”, dan menunjukkan dirinya mengunjungi ke perusahaan tersebut di San Fransisco serta mengeluarkan pernyataan di Twitter yang menjelaskan visinya kedepan untuk kelangsungan platform tersebut.
Keputusan Musk dalam melakukan akuisisi Twitter terjadi pada dua minggu sebelum persidangan di Delaware. Dalam persidangan tersebut, hakim menyetujui untuk menghentikan proses pengadilan dan mengabulkan permintaan Musk untuk menerima tambahan waktu dalam akuisisi Twitter.
Sebelumnya, Musk setuju untuk membeli Twitter pada April seharga USD44 miliar atau setara Rp682 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.500/USD).
Akan tetapi, ia mengancam Twitter akan meninggalkan kesepakatan hingga pada akhirnya berbalik arah dan berkomitmen untuk menyelesaikan akuisisi di bulan ini.
Akuisisi Twitter tersebut tentunya memperluas jaringan bisnis Musk. Tercatat, Musk menguasai perusahaan mobil ternama di dunia Tesla Inc, perusahaan roket Space X, hingga startupBoring Company.
Adapun nilai dari perusahaan SpaceX dan Boring Company yang didirikan oleh Bos Tesla tersebut mencapai USD127 miliar (1.968,50 triliun) dan USD5,7 miliar (Rp88,35 triliun).
Musk mendirikan enam perusahaan termasuk tiga perusahaan di atas. Selain itu, ia menguasai 25 persen saham Tesla. Kesuksesan Musk dalam menjalankan bisnisnya mengantarkannya sebagai orang terkaya nomor satu di dunia.
Melansir Forbes, kekayaan Musk per 27 Oktober 2022 telah mencapai USD221,50 miliar atau setara dengan Rp3.433,25 triliun.
Dengan demikian Musk mengungguli bos raksasa teknologi dunia lainnya. Seperti pendiri Microsoft, Bill Gates, maupun Bos Alphabet, induk Google yaitu Sergey Brinn dan Larry Page hingga Bos Meta, Mark Zuckeberg.
Sebagaimana disebutkan dalam Forbes, kekayaaan orang terkaya ke lima di dunia, Bill Gates per 27 Oktober 2022 mencapai USD101,90 miliar (Rp1.579,45 triliun).
Sedangkan kekayaan Sergey Brinn dan Larry Page, kekayaannya pada periode yang sama masing-masing sebesar USD77,20 miliar (Rp1.196,60 triliun) dan USD80,4 miliar (Rp1.246,20 triliun).
Adapun Bos Meta yakni Mark Zuckeberg pada periode yang sama total kekayaannya mencapai USD36 miliar (Rp558 triliun).
Akuisisi Twitter yang dilakukan oleh Musk menimbulkan pertanyaan publik tentang kelangsungan perusahaan tersebut, termasuk bagaimana Musk mampu mengubah model bisnis hingga bermanuver dalam mengatur konten.
Terlebih, Twitter sangat bergantung dari pendapatan iklan digital yang mana sedang tertekan seperti perusahaan media sosial lainnya di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Selain itu, Twitter juga dibebani miliaran dolar utang dimana pembayaran pinjaman tersebut dapat menambah biaya bagi perusahaan yang telah membukukan kerugian dalam delapan hingga 10 tahun trakhir.
Kinerja Perusahaan Ambruk, Bos Raksasa Teknologi Rugi Berapa?
Di tengah keputusan Musk untuk mengakuisisi Twitter, sejumlah raksasa teknologi seperti Google, Microsoft, hingga Meta tengah mengalami kemerosotan keuangan hingga harga sahamnya.
Sebut saja, Microsoft (MSFT) membukukan penurunan laba dua digit dalam periode tiga bulan yang berakhir pada September. Perusahaan yang didirikan Bill Gates ini menghadapi perlambatan dalam industri komputer pribadi (PC) dan penurunan ekonomi yang lebih luas.
Adapun laba bersih kuartal III-2022 perusahaan ini turun 14 persen menjadi USD17,6 miliar (Rp272,80 triliun). Meski demikian, pendapatan bersih Microsoft masih tumbuh sebesar 11 persen menjadi USD50,1 miliar (Rp776,55 triliun).
Amblesnya keuangan Microsoft berdampak pada terkontraksinya kekayaan dari Bill Gates. Per Jumat (28/10), harta kekayaan pria terkaya ke lima di dunia tersebut sudah merosot hingga USD4,68 miliar seiring merosotnya harga saham perusahaan.
Sedangkan Yahoo Finance mencatat, harga saham MSFT per Kamis (27/10) pukul 04.00 waktu setempat turun di minus 1,98 persen menjadi USD226,75. Di samping itu, saham Microsoft juga telah jatuh lebih dari 30% sejak awal tahun.
Tak hanya Microsoft, perusahaan induk Facebook, Whatsapp hingga Instagram, Meta (META) juga melaporkan pendapatan kuartal ketiga yang merosot. Menurut laporan Meta, pendapatan di periode ini terkontraksi hingga minus 4,48 persen menjadi USD27,7 miliar (Rp429,35 triliun).
Menyusul merosotnya kinerja keuangan perusahaan yang baru dirilis META, kinerja saham perusahaan teknologi miliki Mark Zuckeberg ini juga terkontraksi.
Melansir data Yahoo Finance pada penutupan Kamis (27/10) pukul 04.00 waktu setempat, saham META merosot hingga 24,56 persen USD97,94.
Hal tersebut menyebabkan Zuckeberg kehilangan harta kekayaannyadi tengah merosotnya kinerja keuangan hingga saham dari META. Melansir data Bloomberg, kekayaan Zuckeberg berkurang hingga USD11,2 miliar (Rp173,60 triliun) per Jumat (28/10).
Menyusul raksasa teknologi lainnya, Alphabet Inc, perusahaan induk Google melaporkan penurunan pendapatan berturut-turut hingga kuartal III 2022.
Laba per saham (EPS) Alphabet turun 24 persen menjadi USD1,06 dibandingkan dengan perkiraan pasar sebesar USD1,25.
Menurunnya laba per saham Alphabet turut berpengaruh terhadap kekayaan pengendalinya yaitu Sergey Brin dan Larry Page.
Melansir data Bloomberg per Jumat (28/10), kekayaan Sergey Brin dan Larry Page ambles masing-masing sebesar USD1,82 miliar (Rp28,21 triliun) dan USD1,92 miliar (Rp29,76 triliun).
Di samping itu, kinerja saham perusahaan Alphabet yakni GOOG dan GOOOGL juga ikut terkontraksi.
Berdasarkan data Yahoo Finance pada penutupan Kamis(27/10), harga saham GOOG merosot hingga minus 2,34 persen menjadi USD92,60. Sedangkan saham GOOGL juga turun di minus 2,85 persen menjadi USD92,22.
Selain itu, Alphabet (GOOG, GOOGL) juga melaporkan kehilangan pendapatan iklan dari Youtube yang mencapai USD134 juta (Rp2,08 miliar) pada kuartal III tahun ini. Selain itu, pendapatan dari segmen ini merosot hingga minus 1,80 persen menjadi USD7,07 miliar (Rp109,58 triliun).
Menguatnya dolar akibat kenaikan suku bunga dan pelemahan mata uang di berbagai negara terhadap dolar disinyalir menjadi penyumbang kerugian Alphabet. Mengingat Google merupakan perusahaan dengan cakupan internasional yang luas.
Kondisi ini disebut banyak analis dapat mendatangkan malapetaka pada industri teknologi. Oleh karenanya, nasib raksasa teknologi ini dipertaruhkan di tahun depan di saat ketidakpastian ekonomi global semakin kencang diramalkan buruk.
Kontroversi Elon Musk Soal Akuisisi Twitter
Sebelumnya, Musk berencana mengakuisisi Twitter di awal tahun ini. Disusul dengan langkah Musk di bulan April yang menjadi pemegang saham di Twitter denan mengendalikan 9,2 persen saham platform sosial media tersebut.
Adapun Twitter mencoba menolak tawaran Musk dengan mengancam akan mencairkan kepemilikan saham siapapun yang membeli lebih dari 15 persen saham perusahaan ini.
Akan tetapi, Twitter berbalik arah setelah Musk bersedia menggelontorkan dana yang lebih besar untuk penawaran akuisisi tersebut. Musk juga dilaporkan mendapatkan pendanaan hingga USD25,5 miliar atau setara dengan USD367 triliun untuk kesepakatan ini.
Namun, Musk membatalkan rencananya untuk membeli Twitter pada Juli lalu. Ia beralasan batalnya kesepakatan tersebut karena Twitter tidak mampu menunjukkan bahwa penggunanya yang merupakan bot hingga akun palsu atau spam jumlahnya kurang dari 5 persen dari total pengguna.
Dengan demikian, ia mengajukan dokumen untuk membatalkan kesepakatannya tersebut yang berbuntut pada gugatan Twitter kepada Musk atas pembatalan pembeliannya agar miliarder ini menepati janjinya dalam mengakuisisi Twitter.
Selain itu, Elon Musk juga memunculkan berbagai kontroversi dalam proses akuisisi Twitter, seperti keinginannya untuk menjadikan twitter sebagai aplikasi yang mewadahi kebebasan berbicara.
Niatan Musk tersebut kemudian menuai pro kontra dari berbagai kalangan di Amerika hingga Eropa, sebab dengan berubahnya Twitter menjadi platform yang ‘bebas’ dikhawatirkan akan melanggengkan penyebaran hoaks, misinformasi, ujaran kebencian, hingga perundungan.
Selain itu, Musk juga pernah mengkritik Twitter karena terlalu banyak menghapus konten penggunanya sebagai dampak dari kebijakan moderasi lalu lintas konten yang diterapkan platform ini.
Padahal, kebijakan ini digunakan untuk kepentingan publik guna mencegah beredarnya konten toksik seperti spam, pornografi, hoaks, hingga ujaran kebencian.
Kontroversi akuisisi tersebut semakin memanas karena pemegang saham lain sempat menggugat Musk dan Twitter karena proses akuisisi yang berlarut-larut sehingga membuat saham Twitter anjlok hingga 12 persen pada waktu itu.
Adapun publik menduga, anjloknya saham Twitter dan kontroversi yang dilancarkan bos Tesla ini sebagai strategi Musk untuk mendapatkan nilai akuisisi Twitter yang lebih rendah.
Teranyar, setelah menyelsesaikan akuisisi Twitter, Musk memecat sejumlah eksekutif perusahaan media sosial tersebut. Adapun Musk memecat Chief Executive Twitter, Parag Agrawal dan Chief Financial Officer Twitter yaitu Neg Segal setelah menutup kesepakatan akuisisi.
Tak hanya itu, ia juga memecat Top Legal Executive Twitter, Vijaya Gadde dan Penasihat Umum Twitter, Sean Edgett.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.