Kunci utama dari transaksi short selling ini adalah investor harus bisa melihat pergerakan pasar dan memperkirakan kapan harga saham akan turun. Ketika harga saham sudah turun, investor tersebut akan membelinya kembali dan mengembalikannya pada pialang saham.
Meski demikian, perlu diketahui bahwa tidak semua saham bisa ditransaksikan melalui teknik short selling. Adapun saham-saham yang dapat ditransaksikan dengan teknik short selling ini haruslah ditetapkan terlebih dahulu oleh BEI.
Investor nantinya akan memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli kembali. Meski begitu, keuntungan ini tentunya hanya dapat diperoleh jika analisis dilakukan secara tepat. Di sisi lain, short selling juga melibatkan risiko yang tinggi karena potensi kerugian yang ditanggung tidak terbatas jika harga saham naik secara tajam.
Beberapa investor dunia yang dikenal berhasil menerapkan teknik transaksi saham short selling ini antara lain George Soros, Jim Chanos, Andrew Left, David Einhorn, John Paulson, Bill Ackman, Steve Cohen, Kenneth C Griffin, dan masih banyak yang lainnya.
George Soros misalnya, salah satu transaksi short selling paling terkenal yang dilakukannya adalah transaksi terhadap pound Inggris pada tahun 1992. Soros memanfaatkan ketidakstabilan poundsterling Inggris yang menderita tekanan dari spekulasi pasar terkait kebijakan moneter kala itu. Ia bertaruh sebesar USD10 miliar melawan pound hingga mata uang tersebut mengalami devaluasi. Dari transaksi ini, Soros berhasil meraup keuntungan mencapai USD1 miliar. Peristiwa ini bahkan menjadi salah satu momen bersejarah di dunia investasi yang dikenal sebagai "Black Wednesday".