sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Awal Pekan IHSG Anjlok 1,3 Persen, Saham-saham Big Cap Ini Jadi ‘Biang Kerok’

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
22/08/2022 10:51 WIB
Sejumlah saham berkapitalisasi jumbo (big cap) merosot di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles lebih dari 1 persen.
Awal Pekan IHSG Anjlok 1,3 Persen, Saham-saham Big Cap Ini Jadi ‘Biang Kerok’. (Foto: MNC Media)
Awal Pekan IHSG Anjlok 1,3 Persen, Saham-saham Big Cap Ini Jadi ‘Biang Kerok’. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Sejumlah saham berkapitalisasi jumbo (big cap) merosot di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles lebih dari 1 persen. Investor sendiri masih menunggu sejumlah kabar penting pekan ini, termasuk wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan keputusan suku bunga.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.29 WIB, IHSG melorot 1,33% ke 7.077,05 dengan nilai transaksi Rp5,44 triliun dan volume perdagangan 13,08 miliar.

Hanya sebanyak 104 saham naik , 432 turun, dan 138 sisanya stagnan.

Penurunan pagi ini membuat kinerja IHSG melemah 0,73% dalam sepekan. Kendati, dalam sebulan indeks acuan tersebut masih menguat 2,75% dan sejak awal tahun (ytd) masih melonjak 7,46% alias terbaik se-Asia Pasifik.

Di tengah penurunan IHSG, sebanyak 10 saham ‘kelas atas’ merosot terkena tekanan aksi jual oleh investor.

Saham-saham tersebut dalam taraf tertentu merupakan penggerak IHSG berkat kapitalisasi pasar (market cap) yang jumbo. (Lihat tabel di bawah ini.)

Menilik tabel di atas, saham emiten jasa transportasi online dan e-commerce GOTO menempati urutan pertama dengan penurunan 4,19%. Investor mulai melakukan aksi ambil untung atawa profit taking setelah saham GOTO cenderung naik pekan lalu.

Dikurangi hari ini, dalam sepekan saham emiten dengan market cap Rp379 triliun ini masih menguat 8,90%.

Di bawah GOTO, ada saham emiten bank digital ARTO yang juga turun 4,19%. Saham ini kembali melorot setelah mencoba pulih dari tren penurunan ke Rp10.975/saham pada 10 Agustus lalu.

Tidak hanya GOTO-ARTO, the big four perbankan pun kompak melemah pagi ini.

Saham BBNI turun 2,06%, BBRI minus 0,70%, BBCA terkoreksi 0,63%, dan BMRI memerah 0,59%.

Apabila digabungkan kesepuluh saham emiten di atas memiliki market cap Rp3249,44 triliun atau sekitar 35% dari total market cap IHSG. Karenanya, tidak mengherankan apabila pergerakan sahamnya turut mempengaruhi kinerja IHSG.

Sentimen Pekan Ini

Dari dalam negeri, wacana kenaikan BBM menjadi perhatian pelaku pasar.

Spekulasi tersebut semakin menguat setelah muncul pernyataan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan yang mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan harga bahan bakar minyak BBM pada minggu ini. Dia pun meminta masyarakat untuk bersiap terhadap kemungkinan kenaikan harga BBM.

Menurutnya,  pemerintah juga harus menekan  beban subsidi di APBN.

"Karena bagaimanapun, tidak bisa kita pertahankan demikian. Jadi tadi, mengurangi pressure ke kita karena harga crude oil (minyak mentah) naik, kebutulan harga turun, itu kita harus siap-siap," kata Luhut dalam acara Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, yang dipantau secara daring dari Jakarta, Jumat pekan lalu (19/8/2022).

Sementara, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga menyampaikan bahwa opsi kenaikan harga BBM bersubsidi memang kini tengah dalam pembahasan pemerintah. Karena masih dalam pembahasan, Airlangga pun menyebut bahwa kalau pun opsi kenaikan benar-benar diambil, maka pelaksanaannya tidak akan dalam waktu dekat.

"Masih ada beberapa skenario (yang dibahas pemerintah). jadi (kenaikan harga BBM) tidak (akan terjadi) pada triwulan III-2022," ujar Airlangga, Sabtu (20/8/2022).

Memang, kenaikan harga BBM bersubsidi dalam taraf tertentu akan berdampak langsung bagi masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Selain itu, kenaikan harga BBM juga bisa berimbas ke sejumlah sektor, seperti emiten-emiten otomotif, logistik, konsumer, hingga transportasi.

Di samping soal BBM, investor saham juga akan menunggu keputusan BI soal suku bunga acuan yang akan diumumkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Selasa besok (22/8).

Di tengah tren kenaikan suku bunga agresif oleh sejumlah bank sentral global demi memerangi inflasi yang meninggi, posisi BI yang masih enggan mengerek suku bunga menjadi sorotan khusus.

Ini karena sejumlah ekonom sudah memperingatkan soal tekanan aliran dana keluar atawa capital outflow apabila Indonesia masih emoh mengerek suku bunga. Belum lagi, ekonom juga menyitir data soal penurunan rupiah sebesar 4 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Menurut ekonom yang dihimpun oleh Tradingeconomics, BI diprediksi masih akan menahan suku bunga di level 3,5%, yang merupakan level terendah sepanjang sejarah RI.

Lebih lanjut, dalam jajak pendapat Reuters pada 12-19 Agustus, 16 dari 27 ekonom yang disurvei atau hampir 60% mengatatakan, Perry Warjiyo cs masih akan menahan suku bunga BI 7D (reverse) repo rate.

Adapun, 11 ekonom lainnya berharap BI akan menaikkan suku bunga 25 basis poin ke 3,75% pada bulan ini.

Data Eksternal

Di samping data makro domestik, data luar negeri juga patut disimak.

Sebut saja, rilis data PMI manufaktur Jerman dan Britania Raya pada Selasa besok, yang diprediksi akan sedikit melemah dibandingkan bulan sebelumnya.

Kemudian, investor akan menunggu pidato Ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome ‘Jay’ Powell di konferensi Jackson Hole, pada Jumat untuk jawaban tentang seberapa tinggi suku bunga AS ke depan dan seberapa lama bank sentral akan menahan suku bunga tinggi ke depan.

Informasi saja, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 225 basis poin sejak Maret dalam upaya untuk memerangi inflasi yang melambung ke level tertinggi dalam empat dekade. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement