Beda Arah Saham Prajogo: BREN-BRPT Melesat, CUAN Kena Profit Taking

IDXChannel – Saham emiten yang dikendalikan taipan Prajogo Pangestu bergerak beragam hingga akhir perdagangan sesi I, Rabu (27/8/2025).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melonjak 9,58 persen ke level Rp9.725 per unit, diikuti saham sang induk, PT Baritio Pacific Tbk (BRPT) yang meningkat 5,96 persen.

Baca Juga:

Saham PACK Terus Jeblok Imbas Sentimen OWK, Sampai Kapan?

Saham PT Petrosea Tbk (PTRO) juga naik 0,75 persen dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) menguat tipis 0,33 persen.

Berbeda, saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) minus 1,14 persen. Sementara, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) merosot 3,24 persen seiring aksi ambil untung (profit taking) usai menguat 4,29 persen pada Selasa (26/8) saat rebalancing indeks global MSCI.

Baca Juga:

Wijaya Karya (WIKA) Bukukan Kontrak Baru Rp4,78 Triliun hingga Juli 2025

CUAN, bersama emiten Grup Sinarmas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), masuk MSCI Global Standard Indexes. Sementara, PTRO dan sejumlah emiten lainnya, masuk kategori Small Cap.

Sebelumnya, pemegang saham BREN yang terafiliasi dengan pengendali Green Era Pte Ltd menjual 8,3 juta saham atau sekitar 0,006 persen dengan harga rata-rata Rp9.126 per unit pada 11-13 Agustus 2025, sehingga kepemilikannya turun menjadi 23,597 persen.

Baca Juga:

Indonesia Fibreboard Industry (IFII) Bagikan Dividen Interim Rp56,47 Miliar, Ini Jadwalnya

Sementara itu, PT Caraka Reksa Optima, pemegang saham PTRO, melepas 240,9 juta saham atau 2,39 persen dengan harga rata-rata Rp2.969 per unit pada 8–13 Agustus 2025, menurunkan kepemilikan menjadi 27,17 persen.

Kedua transaksi ini bertujuan menambah jumlah saham yang beredar (free float). Sebelumnya, Prajogo Pangestu juga telah melepas 1 miliar saham CUAN atau 0,89 persen dengan harga rata-rata Rp1.450 per unit untuk tujuan serupa.

Investment Analyst Stockbit, Theodorus Melvin, menilai langkah Grup Barito melepas sebagian saham untuk menambah free float bukan hal baru. Menurutnya, peningkatan free float market cap (FFMC) penting karena menjadi salah satu faktor yang memengaruhi bobot, arus transaksi, hingga peluang saham masuk ke indeks global seperti MSCI.

“Dengan asumsi ceteris paribus, saham dengan free float lebih besar dan belum masuk indeks global memiliki peluang lebih besar untuk masuk. Sementara bagi saham yang sudah masuk, peningkatan free float bisa membuka peluang kenaikan bobot (upweighting),” ujar Theodorus.

Ia menambahkan, saham yang baru masuk indeks atau mengalami peningkatan bobot berpotensi menarik aliran dana asing (foreign inflow). (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.