Meski demikian, penjualan bersih perseroan naik 4,50% menjadi Rp51,17 triliun dari sebelumnya Rp48,97 triliun.
Leo mengatakan, di tengah tantangan yang terjadi di tahun lalu, yakni kelangkaan bahan baku dan fluktuasi harga live bird, perseroan tetap fokus dalam menjalankan strategi bisnisnya.
Upaya efisiensi di berbagai bidang, penggunaan bahan baku alternatif hingga pengoptimalan utilisasi kapasitas produksi juga berhasil menekan biaya produksi dan menjaga efektivitas kinerja perusahaan.
“Di samping itu, dalam rangka mendukung program pemerintah untuk menjaga keseimbangan populasi ayam pedaging dalam negeri, perseroan telah mengekspor ke beberapa negara, termasuk ekspor perdana ayam hidup ke Singapura” ujar Leo.
Lebih lanjut, sepanjang 2023, perseroan juga mempertajam fokus untuk meningkatkan komitmen perusahaan terhadap aspek keberlanjutan. Hal tersebut salah satunya dibuktikan dengan pemanfaatan Sustainability-Linked Loan (SLL) dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) (BBNI) senilai Rp1,42 triliun.
Selama tiga tahun terakhir, JPFA juga menjalankan komitmennya untuk membangun delapan dari sembilan fasilitas daur ulang air limbah.
Selain itu, saat ini, perseroan juga tengah menyempurnakan JAPFA Sustainability Reporting System (JSRS) dengan menambahkan cakupan data yang relevan, sehingga secara signifikan meningkatkan kelengkapan dan akurasi data.
(FAY)