Secara mingguan, kontrak CPO sejauh turun 1,57 persen, membalikkan kenaikan dua pekan sebelumnya di tengah ketegangan dagang Amerika Serikat (AS)-China yang kembali memanas.
Washington dilaporkan mempertimbangkan pembatasan baru terhadap hubungan dagang, termasuk untuk minyak goreng, yang memicu kekhawatiran akan melemahnya permintaan China terhadap minyak sawit.
Pelemahan tersebut sebagian tertahan oleh sinyal ekspor yang masih solid. Lembaga survei kargo melaporkan ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1–15 Oktober naik antara 12,3 persen hingga 16,2 persen dibandingkan September.
India, salah satu pembeli utama, juga menaikkan harga dasar impor untuk seluruh jenis minyak nabati dalam tinjauan dua mingguan terbarunya.
Sementara itu, Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia tengah mempertimbangkan kebijakan yang akan mewajibkan penerbangan internasional dari Jakarta dan Bali menggunakan campuran bahan bakar penerbangan berkelanjutan sebanyak 1 persen mulai 2026. (Aldo Fernando)