IDXChannel - Harga emas melemah pada Kamis (17/7/2025), tertekan oleh penguatan dolar dan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang solid, sementara pelaku pasar tetap berhati-hati menanti kejelasan soal perkembangan tarif.
Harga emas spot (XAU/USD) turun 0,3 persen menjadi USD3.337,43 per troy ons setelah sempat menyentuh level terendah sesi di USD3.309,59.
"Setelah rilis data terbaru dari AS, dolar sedikit menguat dan imbal hasil obligasi pemerintah naik. Ini memberi tekanan ringan pada pasar emas," ujar analis senior pasar di RJO Futures, Bob Haberkorn, dikutip Reuters.
Dolar AS menguat 0,3 persen, membuat harga emas dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang asing.
Klaim tunjangan pengangguran AS menurun pekan lalu, menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang tetap stabil sepanjang Juli. Di saat yang sama, data penjualan ritel melampaui ekspektasi dengan kenaikan 0,6 persen bulan lalu, meski sebagian kenaikan kemungkinan mencerminkan lonjakan harga akibat tarif.
Gubernur The Fed Adriana Kugler menyatakan bahwa bank sentral sebaiknya tidak memangkas suku bunga dalam waktu dekat, karena dampak tarif era pemerintahan Trump mulai terlihat pada harga barang.
Emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian dan inflasi. Namun, suku bunga yang tinggi mengurangi daya tarik emas karena tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi perdagangan, negosiator utama Jepang mengadakan pertemuan dengan Menteri Perdagangan AS guna membahas tarif, saat Tokyo berpacu dengan waktu untuk menghindari bea masuk sebesar 25 persen yang akan berlaku jika kesepakatan tak tercapai sebelum tenggat 1 Agustus.
"Jika Trump menepati ancamannya dan ketegangan perdagangan meningkat, bukan hal yang mustahil jika emas kembali menguji—dan bahkan menembus—rekor tertingginya," kata analis pasar di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaq.
Sementara itu, ekspor emas dari Swiss melonjak 44 persen secara bulanan pada Juni, setelah logam mulia itu kembali dikirim ke brankas di Inggris dari AS melalui kilang di Swiss, menurut data bea cukai Swiss yang dirilis Kamis. (Aldo Fernando)