“Satu-satunya alasan Brent belum turun lebih cepat dan lebih dalam adalah sanksi AS terhadap Rosneft dan Lukoil,” ujarnya.
Laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA) diperkirakan memberi petunjuk soal prospek pasokan global.
“Penggerak pasar berikutnya kemungkinan laporan bulanan pasar minyak IEA untuk Desember yang dirilis pada 11 Desember, yang dalam proyeksinya menyoroti potensi surplus rekor pada 2026,” kata analis pasar senior OANDA, Kelvin Wong.
Jika IEA kembali menyoroti risiko surplus dalam laporan Desember, harga WTI berpotensi bergerak turun menguji area penopang di kisaran USD56,80-USD57,50 per barel, tambahnya.
Persediaan minyak mentah AS turun 4,78 juta barel pekan lalu, sementara stok bensin naik 7 juta barel dan persediaan distilat bertambah 1,03 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute pada Selasa.