IDXChannel – Dua saham emiten tambang timah kompak melonjak pada perdagangan sesi I, Jumat (15/3/2024) seiring melesatnnya harga timah di London Metal Exchange (LME).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.38 WIB, saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) meroket 22,09 persen ke level Rp525 per saham. Dengan ini, saham NIKL melesat lebih dari 20 persen selama 3 hari beruntun.
Dus, dalam sepekan, saham NIKL sudah terbang 100,38 persen.
Di bawah NIKL, saham anak usaha BUMN PT Timah Tbk (TINS) melonjak 13,04 persen ke Rp910 per saham, rebound dari koreksi 3,01 persen pada Kamis (14/3).
Saham TINS juga bertenaga akhir-akhir ini dan telah melompat 61,06 persen hanya dalam sepekan.
Sebelumnya, harga timah berjangka melonjak 1,98 persen pada perdagangan Kamis (14/3).
Timah diperdagangkan sekitar USD28.065 per ton, tertinggi dalam tujuh bulan karena ancaman pasokan dan prospek permintaan yang positif.
Hampir terhentinya ekspor pada bulan Januari terjadi karena tertundanya persetujuan rencana pekerjaan tambang tahunan di Indonesia menyebabkan pasokan timah global mengalami penurunan dari 6.000 ton yang tercatat pada bulan sebelumnya.
Selain itu, sebagian area penambangan timah utama dunia di Negara Bagian Wa, Myanmar, memulai operasional kembali, setelah sebelumnya dilarang pada Agustus 2023.
Meski demikian, ketidakpastian produksi timah masih ada sehingga menimbulkan risiko pasokan.
Informasi saja, wilayah ini menyumbang 70 persen produksi timah Myanmar, menjadikannya produsen timah terbesar ketiga di dunia dan pemasok signifikan ke China.
“Meskipun ada perubahan kebijakan perpajakan baru-baru ini di negara bagian Wa (Myanmar), tambang timah di wilayah pertambangan Man Maw tetap ditutup. Ekspor Indonesia kini sangat tertunda karena masih belum ada aktivitas perdagangan di ICDX (Indonesia Commodity Derivatives Exchange) atau JFX (Jakarta Futures Exchange) sejak pergantian tahun,” kata Tom Langston, Senior Market Intelligence Analyst, International Tin. Asosiasi (ITA) pada 6 Maret 2024.
Ketidakpastian mengenai situasi perizinan semakin diperumit dengan penyelidikan polisi yang sedang berlangsung dan pemilihan presiden baru-baru ini di Indonesia, katanya.
Pasar timah global diperkirakan akan berubah dari surplus 6.000 ton pada tahun sebelumnya menjadi defisit 5.000 ton pada tahun 2024.
Dari sisi permintaan, peningkatan penjualan semikonduktor dan teknologi, khususnya AI dan chip otomotif, diperkirakan akan mendukung peningkatan permintaan dan harga. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.