Harapan pasar soal The Fed yang akan menghentikan kenaikan suku bunga adalah katalis terbaru yang mendorong kenaikan saham Negeri Paman Saham. Sejak bank sentral tersebut memberi sinyal minggu lalu bahwa kemungkinan tidak akan ada kenaikan suku bunga dalam pertemuan 13-14 Juni, S&P 500 telah naik 2,7%, mendorongnya melewati ambang bull market.
Praktis, kenaikan indeks utama Wall Street telah melampaui harapan pada awal 2023, yang umumnya diperkirakan akan mengalami kerugian dalam enam bulan pertama tahun ini dan diikuti kemungkinan kenaikan di paruh kedua 2023.
Meskipun adanya reli ini, sejumlah pihak yang skeptis tetap ada. Beberapa ahli strategi ekuitas memprediksi, indeks saham akan berakhir lebih rendah pada akhir tahun dibandingkan saat ini, sedangkan sejumlah analis lainnya memperkirakan ‘cuan’ akan memudar ke depan.
Sementara, dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih lesu, kendati aliran dana asing mulai masuk kembali. Sejak awal tahun (YtD) hingga Jumat (9/6), pukul 09.56 WIB, IHSG masih minus 2,85 persen ke posisi 6.660,19.
Asing sendiri membukukan pembelian bersih (net buy) Rp15,96 triliun di pasar reguler. Volatilitas pasca-euforia saham batu bara pada tahun lalu semakin terasa di bursa saham Tanah Air di paruh pertama tahun ini.