Saham-saham di sektor batu bara merupakan saham yang akan diuntungkan dengan naiknya nilai tukar dolar. Beberapa emiten yang bisa Anda pertimbangkan antara lain PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), hingga PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), emiten-emiten ini merupakan emiten yang diuntungkan naiknya dolar AS karena melakukan ekspor batu bara.
Selain komoditas tambang dan batu bara, sektor saham yang diuntungkan ketika dolar naik berikutnya adalah sektor migas. Emiten seperti PT Medco Energy International Tbk (MEDC) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) misalnya akan sangat diuntungkan dengan kondisi ini. Pasalnya, perusahaan-perusahaan ini menjual produk batu bara dan migas mereka dalam dolar AS.
Sektor saham berikutnya yang turut diuntungkan ketika dolar naik adalah komoditas kertas. Duo saham kertas Grup Sinarmas PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) bisa jadi emiten yang memperoleh keuntungan dengan kondisi ini. Hal ini lantaran sebagian besar penjualan yang dilakukan merupakan penjualan ekspor.
TKIM misalnya, emiten ini bahkan berhasil mencatatkan ekspor hingga sebesar USD631,8 juta atau 58,8 persen dari total penjualannya pada 2023 lalu. Sementara itu, INKP mampu meraup penjualan ekspor hingga sebesar USD2,05 miliar atau 59,19 persen dari total penjualan pada 2023 yang sebesar USD3,47 miliar.
Selanjutnya, naiknya nilai dolar juga turut memberikan keuntungan pada sektor komoditas CPO. Beberapa saham di sektor ini yang patut dicermati adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), serta PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). Meski sebagian besar biaya produksi CPO perusahaan-perusahaan ini dilakukan dengan menggunakan mata uang rupiah, namun produknya diperdagangkan dalam mata uang dolar AS.