Jamu yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak berabad-abad silam merupakan ramuan obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami, seperti akar-akaran, daun-daunan, buah-buahan, dan rempah-rempah dengan beragam khasiat, mulai dari untuk pencegahan, pengobatan, pemulihan, hingga pemeliharaan kesehatan dan kecantikan.
Dengan adanya pengakuan UNESCO, diharapkan jamu akan semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat dunia. Dengan demikian, hal ini tentu dapat diharapkan bakal memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi Indonesia.
"PT Mustika Ratu Tbk sebagai perusahaan produsen jamu terkemuka di Indonesia menyadari pentingnya upaya pelestarian jamu," tutur Bingar.
Bahkan sejak pertama kali didirikan di tahun 1975, Mustika Ratu yang dirintis oleh BRA Mooryati Soedibyo memulainya dengan berjualan jamu di skala rumahan dan UMKM.
Hingga kini, PT Mustika Ratu telah berkembang pesat. Menembus pasar ekspor sudah dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu. Hampir di seluruh benua di dunia, dapat ditemui produk Mustika Ratu.
Keberhasilan menembus pasar global tersebut menjadi bentuk peran aktif Mustika Ratu dalam upaya melestarikan jamu sebagai salah satu kearifan lokal Indonesia yang masih lestari hingga kini.
Sebagai produsen jamu modern terkemuka, PT Mustika Ratu Tbk bahkan fokus memaksimalkan potensi obat herbal tradisional selama pandemi. Produk-produk seperti vitamin, suplemen herbal dan madu merupakan sejumlah barang yang mengalami peningkatan permintaan saat wabah corona melanda.
"Peluang biofarmaka sangatlah besar di Indonesia. Dengan dukungan para pemangku kepentingan, Indonesia tentu bisa memaksimalkan diri sebagai eksportir suplemen kesehatan herbal. Menurut analisis Euromonitor pada tahun 2020, forecast penjualan jamu dan obat herbal nasional di Indonesia mencapai Rp23 triliun per tahun 2025. Di mana hingga tahun 2020 kemarin, sudah mencapai Rp13,8 triliun," tutur Bingar.