Selama lima tahun terakhir dari tahun 2014 hingga 2018, KAI mencatatkan pertumbuhan pendapatan dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 25,5 persen dan rata-rata pertumbuhan laba bersih dengan CAGR sebesar 22,3 persen. Di samping itu, berdasarkan laporan posisi keuangan, KAI semakin berkembang di mana peningkatan jumlah aset dengan CAGR 20,1 persen serta diiringi pertumbuhan ekuitas dengan CAGR sebesar 30,2 persen.
Adapun pada posisi akhir semester I Tahun 2019, total aset KAI mencapai Rp41,2 triliun dan KAI mampu mencatatkan pertumbuhan total aset sebesar 5,84 persen, pertumbuhan total liabilitas sebesar 7,1 persen dan pertumbuhan total ekuitas sebesar 4,4 persen. Jika dibandingkan dengan periode 30 Juni 2018, KAI mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 14,31 persen dan pertumbuhan laba bersih hingga 54,39 persen.
Sementara itu, beberapa proyek yang saat ini sedang ditangani oleh KAI di antaranya melalui Perpres No. 49/2017 tentang percepatan penyelenggaraan Kereta Api Ringan (LRT) terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Kemudian program peremajaan sarana dengan tujuan untuk meningkatkan layanan angkutan penumpang. Serta dari segi angkutan barang, KAI secara berkelanjutan melakukan pengembangan kapasitas angkutan batu bara dengan cara menambah lokomotif dan gerbong serta mengembangkan jalur di Sumatera bagian selatan.
Sebelumnya, pada November 2017 KAI telah menerbitkan surat utang (obligasi) perdana sebesar Rp 2 triliun. Dana tersebut digunakan untuk mendanai proyek KA Bandara Soekarno-Hatta sebesar 55 persen, dan sisanya 45 persen untuk pengedaan kereta baru. Penawaran obligasi ini mendapat minat yang cukup besar dari para investor, dimana permintaan obligasi mencapai Rp 5,2 triliun atau melebihi 2,5 kali dari nilai yang ditawarkan. (RRD)