IDXChannel - PT KMI Wire & Cable Tbk (KBLI) dan entitas anak membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,76 triliun sepanjang tahun 2021. Capaian itu turun -10,51% dibandingkan pendapatan tahun 2020 senilai Rp1,96 triliun.
Secara rinci, produsen kabel listrik itu mampu memaksimalkan penjualan di pasar domestik sebanyak Rp1,73 triliun, sementara ekspor sejumlah Rp17,67 miliar. Adapun penjualan kepada entitas relasi PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mencapai Rp5,92 miliar.
Pelanggan domestik yang menyerap lebih dari 10% pendapatan perseroan antara lain PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Rp335,96 miliar, PT Anugerah Mega Teratai Rp376,84 miliar, PT Hartaperindo Sejahtera Rp257,58 miliar, dan PT Sentratek Metalindo Rp254,19 miliar.
Penurunan pendapatan membuat beban pokok terpangkas -15,6% menjadi Rp1,58 triliun, dari beban pokok tahun 2020 sebanyak Rp1,88 triliun. Demikian laporan keuangan KBLI di Keterbukaan Informasi, Jumat (6/5/2022).
Dengan demikian, KBLI mampu membalikkan rugi yang dicapai tahun 2020 sebanyak Rp73,69 miliar, menjadi laba bersih sebesar Rp93,37 miliar pada tahun 2021.
Kinerja tersebut membuat laba per saham dasar perseroan menjadi positif sebesar Rp23, dari sebelumnya minus Rp14.
Per 31 Desember 2021, aset perseroan turun -9,45% menjadi Rp2,72 triliun dari tahun 2020 sebesar Rp3,00 triliun. Jumlah aset lancar perseroan merosot menjadi Rp1,85 triliun dari Rp2,50 triliun.
"Penurunan aset lancar ini disebabkan oleh perubahan aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual sebesar Rp399 miliar semula termasuk kelompok aset lancar mengalami perubahan klasifikasi menjadi kelompok aset tidak lancar," kata Wakil Presiden Direktur KBLI, Gabriela Lili, di Jakarta, (23/4).
Adapun liabilitas menyusut dari sebelumnya Rp659,55 miliar, menjadi Rp272,25 miliar. Gabriela memaparkan ini terjadi berkat adanya pelunasan utang hingga realisasi uang muka penjualan dan penurunan nilai uang muka atas pesanan penjualan.
Jumlah ekuitas tumbuh dari Rp2,35 triliun menjadi Rp2,45 trilun. Sementara posisi kas dan setara kas akhir 2021 mencapai Rp470,31 juta, lebih tinggi dari posisi akhir 2020 senilai Rp275,82 miliar.
(NDA)