Hal ini menjadi dasar masalah tentang rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki perlindungan asuransi. Tak hanya itu, image asuransi bahkan kerap kali negatif lantaran literasi yang belum memadai.
"Tantangan ketiga, adalah soal distrib usi dan kompetensi. Lalu juga soal penurunan suku bunga dalam jangka panjang. Ini jelas berpengaruh. Dan terakhir, yaitu gelombang disrupsi teknologi," ungkap Wianto.
Dari keseluruhan masalah tersebut, Wianto menjelaskan, poin pertama hingga ketiga merupakan tantangan yang harus dijawab secara bersama-sama, baik pelaku bisnis asuransi maupun pemerintah sebagai regulator industri.
Sedangkan untuk poin keempat dan kelima, lanjut Wianto, harus dijawab oleh pelaku bisnis sendiri, melalui upaya mitigasi risiko terkait tekanan suku bunga dan juga kebutuhan untuk pengembangan teknologi.
"Pada akhirnya, siapa yang bisa bertahan adalah yang bisa menyesuaikan keadaan. Dunia berubah, industri juga berubah. Semua serba digital. Dan (penyesuaiannya) itu bukan hanya soal aplikasinya saja, melainkan juga infrastruktur dan terpenting adalah manusianya, juga harus menyesuaikan. Pilihannya mau berubah, atau mati tergerus persaingan," tegas Wianto. (TSA)