Ekspansi PTRO juga terlihat dari perluasan wilayah operasi, mulai dari Papua Nugini dan Singapura hingga proyek EPCI di Pakistan bersama Reko Diq Mining Company. Langkah ini diyakini memperkuat posisi PTRO di sektor pertambangan, migas, logistik, dan jasa pendukung, sekaligus memperluas diversifikasi bisnisnya.
Untuk mendukung ekspansi agresif tersebut, PTRO telah menerbitkan obligasi dan sukuk ijarah tahap I dan II senilai total Rp3 triliun serta memperoleh fasilitas pembiayaan dari BNI, BCA, dan Bank Mandiri. Dengan strategi ini, Henan Putihrai memproyeksikan rasio utang terhadap ekuitas (DER) PTRO tetap terjaga di kisaran 2,3–2,8 kali pada periode 2025-2027, atau masih di bawah batas 3,0 kali.
Dari sisi kinerja, hingga paruh pertama 2025 PTRO membukukan pertumbuhan pendapatan 10,4 persen secara tahunan menjadi USD351,1 juta.
Peningkatan ditopang oleh kenaikan pendapatan di segmen tambang sebesar 11,7 persen dan segmen EPC sebesar 12,8 persen.
Laba kotor melonjak 20,9 persen menjadi USD49,2 juta, sementara laba operasional tumbuh 114,5 persen menjadi USD30,2 juta. Namun, laba bersih justru turun 18,6 persen menjadi USD1,1 juta akibat beban bunga dan pajak yang lebih tinggi.