IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis sebesar 18 poin atau 0,11 persen ke level Rp16.872,5 per dolar AS pada perdagangan Rabu (9/4/2025).
Penguatan ini terjadi setelah sebelumnya rupiah mengalami tekanan akibat sentimen global dan domestik, terutama terkait kebijakan tarif baru AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pasar sempat terguncang setelah Presiden AS Donald Trump menambah tarif baru yang menyasar sejumlah ekonomi utama di luar China, termasuk Indonesia yang terkena tarif 32 persen. Tarif timbal balik Trump ini mulai berlaku pada pukul 04:01 GMT hari Rabu.
"Trump pada hari Selasa menandatangani perintah yang mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada China, sehingga tarif kumulatif AS terhadap negara tersebut menjadi 104 persen. Angka tersebut jauh di atas 60 persen yang diancam oleh Trump selama upaya kampanyenya tahun lalu," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (9/4/2025).
Kenaikan tarif 50 persen ini, menurut Trump, merupakan balasan atas pengenaan tarif balasan 34 persen oleh China terhadap produk AS pada minggu sebelumnya.
Langkah ini diambil di tengah upaya cepat pemerintahan Trump untuk memulai pembicaraan dengan mitra dagang lain yang menjadi sasaran tarif besar-besaran.
Sementara itu, Ibrahim menyoroti pelonggaran kontrol yuan oleh Bank Sentral China (PBOC) yang dinilai bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor China dalam menghadapi perang dagang dengan AS.
China sendiri menunjukkan sikap konfrontatif, dengan Kementerian Perdagangan berjanji untuk "berjuang sampai akhir" terkait peningkatan tarif AS. Pasar juga berspekulasi tentang potensi China melepas kepemilikan obligasi pemerintah AS dalam jumlah besar, yang dapat memicu lonjakan imbal hasil obligasi.
Dari dalam negeri, Ibrahim mengungkapkan bahwa Bank Indonesia (BI) terus melakukan "trifle intervensi" di pasar valas DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), obligasi, dan repo untuk menstabilkan rupiah di tengah gejolak pasar global.
Selain sentimen global, pasar juga mencermati data inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah menyampaikan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,65 persen secara bulanan (MtM), naik dari 105,48 pada Februari 2025 menjadi 107,22 pada Maret 2025.
Adapun secara year on year (YoY), Indonesia juga mengalami inflasi sebesar 1,03 persen dan secara tahun kalender atau year to date (YtD) terjadi inflasi sebesar 0,39 persen.
”Tingkat inflasi Maret 2025 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan Maret 2024,” ungkap Habibullah dalam konferensi pers, Selasa (8/4/2025).
Angka inflasi YoY Maret 2025 ini lebih tinggi dari median perkiraan 20 ekonom yang dihimpun Bloomberg sebesar 1,18 persen YoY, dan jauh lebih tinggi dibandingkan deflasi 0,09 persen YoY yang terjadi pada Februari 2025.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.860 - Rp16.900 per dolar AS.
(kunthi fahmar sandy)