Dalam laporan tersebut, optimisme terhadap saham SMRA tak lepas dari strategi jangka panjang perusahaan yang fokus memonetisasi proyek-proyek eksisting, mempercepat peluncuran produk baru, serta memperkuat pendapatan berulang dari pusat perbelanjaan.
Strategi ini dinilai selaras dengan tren pasar properti domestik yang tengah didorong insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Selain potensi harga, prospek fundamental SMRA juga mendukung. Perusahaan diproyeksikan mencetak laba per saham (EPS) sebesar Rp51,9 pada 2025, dengan rasio price to earnings (PER) di level 7,8 kali, dan return on equity (ROE) sebesar 7,6 persen.
Sementara itu, rasio price to book value (PBV) berada di angka 0,6 kali, dengan estimasi dividend yield mencapai 3,3 persen untuk tahun berjalan.
Meski begitu, Ismail mengingatkan potensi risiko, terutama dari sisi konsentrasi pasar. Adapun sekitar 82 persen dari total pra penjualan SMRA masih bergantung pada kawasan Jabodetabek, yang rentan terhadap perlambatan permintaan.