IDXChannel – Saham emiten perkebunan sawit dan produsen crude palm oil (CPO) berpesta pada perdagangan Kamis (16/10/2025).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) melambung hingga auto rejection atas (ARA) 24,68 persen ke level Rp394 per unit.
Saham PT Pulau Subur Tbk (PTPS) melejit 21,88 persen, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) terbang 21,47 persen, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) melejit 21,23 persen.
Kemudian, saham TLDN meningkat 18,24 persen, DSNG mendaki 10,62 persen, SIMP terkerek 8,33 persen, SMAR 7,80 persen, LSIP 4,92 persen, SGRO 4,55 persen.
Nama-nama lainnya, saham AALI 2,55 persen, NSSS 2,75 persen, dan TBLA 4,29 persen.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai ada sejumlah katalis yang mendorong kenaikan harga saham-saham perkebunan sawit dan emiten CPO belakangan ini.
“Kebun sawit ilegal diberantas oleh pemerintah, sehingga ada potensi supply cut,” kata Michael, Kamis (16/10/2025).
Ia menambahkan, kondisi tersebut membuat pergerakan saham-saham sektor sawit menjadi semakin menarik di mata pelaku pasar.
Dari sisi teknikal, Michael menyoroti dua saham yang saat ini dinilai paling potensial, yakni DSNG dan BWPT.
Ia memperkirakan DSNG berpotensi menembus level 1.885 dengan target kenaikan ke 2.250.
Sementara itu, BWPT diproyeksikan akan melanjutkan penguatan jika berhasil menembus pola bullish flag.
“Untuk BWPT, break pattern bullish flag dengan target ke 200, support 170,” tuturnya.
Harga CPO
Harga minyak sawit mentah bergerak di kisaran MYR4.518 per ton pada Kamis (17/10/2025) sore, menguat untuk hari kedua berturut-turut didorong oleh kenaikan harga minyak nabati pesaing serta rebound harga minyak mentah.
Mengutip Trading Economics, sentimen pasar turut terangkat oleh tanda-tanda permintaan yang kuat. Lembaga survei kargo memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1-15 Oktober naik antara 12,3 persen hingga 16,2 persen dibandingkan periode yang sama pada September.
Secara umum, suasana pasar membaik setelah Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent memberi sinyal kemungkinan perpanjangan jeda bea impor terhadap barang-barang asal China, asalkan Beijing membatalkan rencana pengendalian ekspor material penting. Langkah ini meredakan kekhawatiran perdagangan.
Dukungan tambahan datang dari kebijakan produsen terbesar, Indonesia, yang berupaya mengatur ekspor minyak sawit mentah untuk menjamin pasokan bagi program biodiesel domestik. Namun, penguatan nilai ringgit membatasi potensi kenaikan harga.
Sementara itu, pembelian minyak sawit oleh importir terbesar, India, turun ke level terendah sejak Mei karena para penyuling beralih ke soyoil yang lebih murah, menurut Solvent Extractors’ Association of India.
Kebijakan B50
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meyakini kebijakan mandatori B50 akan mendongkrak kebutuhan CPO di dalam negeri. Oleh karena itu, beberapa opsi tengah dipikirkan untuk mengatasi potensi lonjakan permintaan tersebut.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mengatakan, saat ini terdapat tiga opsi untuk mengantisipasi mandatori B50 dalam kaitannya menjaga suplai CPO di dalam negeri. Pertama, intensifikasi lahan yang ada. Kedua, pembukaan lahan baru dan ketiga, mengurangi ekspor CPO.
"Sekarang ini kan kalau B50 berarti kan penambahan kebutuhan CPO. Nah kalau penambahan kebutuhan CPO, ada tiga konsepnya untuk memenuhi. Pertama, intensifikasi lahan, yang kedua adalah buka lahan baru, dan yang ketiga adalah memangkas sebagian yang kita ekspor," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Bahlil mengatakan, opsi terakhir lebih menarik dibandingkan dua opsi pertama. Dia mengaku ingin membatasi ekspor CPO lewat mekanisme Domestic Market Obligation (DMO) sawit. Namun, rencana ini baru opsi alias belum final. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.