Sementara itu sektor yang menjadi top losers pada minggu lalu yakni sektor properties & real estate karena bayang-bayang kenaikan suku bunga The Fed dan sentimen negatif sektor properti China.
Sektor kedua yang jadi top loser minggu lalu yakni sektor consumers non-cyc karena pelemahan pada saham-saham CPO yang disebabkan harga komoditas CPO anjlok 5,2% dalam seminggu terakhir berada di level MYR3.830 per ton. Ia menengarai hal ini dikarenakan persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir bulan Agustus kemungkinan melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan sebesar 1,89 juta ton karena produksi meningkat dan ekspor melambat.
Adapun untuk potensi market pada minggu ini, Dimas mengimbau para trader untuk memperhatikan tiga sentimen yang bakal menjadi katalis IHSG. Tiga sentimen tersebut adalah inflasi Amerika, produksi industri China dan neraca perdagangan Indonesia.
Inflasi AS pada Juli yang berada di level 3,2% YoY dan masih jauh dari target yang ditetapkan yang berada di level 2%, terangnya, akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan suku bunga The Fed yang akan ditentukan pada 21 September mendatang.
Terkait produksi industri China, dalam 4 bulan terakhir trend cenderung menurun secara bulanan yang disebabkan kenaikan aktivitas manufaktur yang lebih lambat. Ini mendukung data bahwa ekonomi China memang sedang melambat dan tidak hanya terjadi pada sektor propertinya.