sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Pekan Depan Dihantui Kecemasan Ekonomi AS Resesi

Market news editor Anggie Ariesta
04/08/2024 08:11 WIB
Wall Street pekan depan diproyeksi tertekan karena kekhawatiran bahwa Federal Reserve telah telalu lama membiarkan suku bunga tetap tinggi.
Wall Street Pekan Depan Dihantui Kecemasan Ekonomi AS Resesi (foto mnc media)
Wall Street Pekan Depan Dihantui Kecemasan Ekonomi AS Resesi (foto mnc media)

IDXChannel - Wall Street pekan depan diproyeksi tertekan karena kekhawatiran bahwa Federal Reserve telah telalu lama membiarkan suku bunga tetap tinggi, sehingga berpotensi merusak pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Minggu waktu Jakarta (4/8), data ekonomi yang mengkhawatirkan dalam beberapa hari terakhir telah memperdalam kekhawatiran tersebut. 

Pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari yang diharapkan pada Juli, menurut sebuah laporan pada Jumat. Sementara tingkat pengangguran naik menjadi 4,3 persen, meningkatkan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja yang memburuk dapat membuat ekonomi rentan terhadap resesi.

Laporan pekerjaan memperburuk aksi jual saham yang dimulai pada Kamis, ketika data yang menunjukkan pelemahan di pasar tenaga kerja dan sektor manufaktur mendorong investor untuk membuang semuanya mulai dari saham chip hingga industri.

Saham teknologi yang dinilai tinggi, jatuh lebih dalam pada hari Jumat, memperpanjang kerugian di Nasdaq Composite (.IXIC) hingga lebih dari 10 persen dari rekor penutupan tertinggi yang dicapai pada Juli. Indeks acuan S&P 500 (.SPX), telah merosot 5,7 persen dari puncaknya di Juli.

"Inilah gambaran ketakutan akan pertumbuhan," kata Wasif Latif, Presiden dan Kepala Investasi di Sarmaya Partners. 

"Pasar kini menyadari bahwa ekonomi memang melambat," sambungnya.

Selama berbulan-bulan, investor telah dihibur oleh inflasi yang mereda dan lapangan kerja yang melambat secara bertahap, dengan keyakinan bahwa hal itu memperkuat alasan bagi Fed untuk mulai memangkas suku bunga. 

Optimisme itu mendorong kenaikan besar pada saham: S&P 500 tetap naik 12 persen tahun ini, meskipun mengalami kerugian baru-baru ini; Nasdaq telah naik hampir 12 persen.

Sekarang setelah pemangkasan suku bunga September mulai terlihat setelah pertemuan Fed minggu ini, investor khawatir bahwa biaya pinjaman yang tinggi mungkin telah merugikan pertumbuhan ekonomi. 

Hasil laporan keuangan perusahaan yang terlihat mengecewakan dari Amazon, Alphabet, dan Intel menambah kekhawatiran pelaku pasar.

"Kita menyaksikan dampak dari kutukan ekspektasi yang tinggi," kata James St. Aubin, Kepala Investasi di Ocean Park Asset Management. 

"Begitu banyak yang telah diinvestasikan pada saat skenario soft landing, sehingga apapun yang menunjukkan sesuatu yang berbeda pun sulit dilakukan," dia menambahkan.

Pada pekan depan akan ada pendapatan dari pelopor industri Caterpillar (CAT.N) dan raksasa media dan hiburan, Walt Disney (DIS.N), yang akan memberikan gambaran lebih jauh tentang kesehatan konsumen dan manufaktur, serta laporan dari pembuat obat penurun berat badan, Eli Lilly (LLY.N). 

Pasar yang lebih luas juga menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Indeks Volatilitas Cboe (.VIX), yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, mencapai titik tertinggi sejak Maret 2023 pada Jumat karena permintaan untuk perlindungan opsi terhadap aksi jual pasar saham meningkat.

Sementara itu, investor telah berbondong-bondong masuk ke obligasi safe haven dan area defensif pasar lainnya. Imbal hasil 10 tahun AS, yang bergerak terbalik dengan harga obligasi, pada Jumat turun hingga 3,79 persen, terendah sejak Desember.

Sektor yang sering populer selama masa ketidakpastian ekonomi juga menarik minat investor.

“Ini adalah alasan yang bagus bagi investor untuk menjual setelah reli tahun ini yang sangat besar,” kata Michael Purves, CEO Tallbacken Capital Advisors.

“Investor harus siap menghadapi beberapa volatilitas besar, terutama pada saham teknologi besar. Namun, itu mungkin akan berlangsung sebentar," katanya. 

(Fiki Ariyanti)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement