2. Investasi Properti di Wilayah Konflik
Membeli properti di negara atau wilayah yang sedang dilanda konflik adalah keputusan berisiko tinggi. Selain nilai properti bisa anjlok, keamanan fisik dan hukum pun terancam.
3. Obligasi
Obligasi juga menjadi salah satu instrumen investasi yang harus dihindari ketika terjadi perang. Apalagi, obligasi dari negara-negara yang terlibat langsung dalam perang (terutama negara berkembang atau negara dengan utang tinggi) bisa mengalami gagal bayar (default) atau mengalami penurunan nilai drastis akibat penurunan peringkat kredit.
4. Reksa Dana Saham Agresif
Reksa dana yang mayoritas portofolionya berisi saham-saham sektor pertumbuhan tinggi (seperti teknologi atau startup) sangat rentan terhadap guncangan pasar. Volatilitas tinggi membuat nilainya bisa anjlok secara signifikan dalam waktu singkat.
5. Mata Uang Asing
Investasi dalam mata uang asing (valuta asing/valas) juga berisiko tinggi ketika terjadi perang, terutama jika tidak dikelola dengan hati-hati atau tanpa pemahaman mendalam terhadap dinamika geopolitik dan ekonomi global. Hal ini lantaran perang menyebabkan ketidakpastian ekonomi dan politik yang besar. Akibatnya, nilai tukar mata uang bisa berfluktuasi secara ekstrem dalam waktu singkat.
Meski banyak jenis investasi yang berisiko saat perang, ada juga sejumlah instrumen yang dikenal lebih stabil atau bahkan menguat dalam kondisi tersebut. Berikut beberapa pilihannya.