sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

58 Persen Perusahaan Indonesia Sudah Digitalisasi Manajemen Rantai Pasok

Milenomic editor Kunthi Fahmar Sandy
14/06/2024 15:30 WIB
Manajemen rantai pasok yang tepat akan membantu perusahaan meningkatkan pendapatan dengan memungkinkan mereka untuk mengendalikan biaya operasional.
58 Persen Perusahaan Indonesia Sudah Digitalisasi Manajemen Rantai Pasok (FOTO:Dok Ist)
58 Persen Perusahaan Indonesia Sudah Digitalisasi Manajemen Rantai Pasok (FOTO:Dok Ist)

IDXChannel - Hampir 58 persen perusahaan di Indonesia sudah menggunakan digitalisasi manajemen rantai pasok atau supply chain management (SCM). Hal tersebut dilakukan agar perusahaan memenuhi permintaan pasar dengan cepat dan tepat.

Jansen Jumino, Chief Business Officer (CBO) Mekari, perusahaan software-as-a-service (SaaS) yang menyediakan solusi SCM berbasis awan mengatakan, manajemen rantai pasok yang tepat akan membantu perusahaan meningkatkan pendapatan
dengan memungkinkan mereka untuk mengendalikan biaya operasional, meminimalisir efek dari ketidakstabilan pasar, dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat.

“Tren digitalisasi rantai pasok di tingkat global semakin meluas karena teknologi terbukti memperkuat kemampuan perusahaan untuk mengontrol dan mengamati proses di setiap titik rantai pasok. Lebih spesifik, teknologi dalam bentuk solusi SCM berbasis awan meningkatkan otomasi, efisiensi, dan visibilitas rantai pasok sehingga perusahaan bisa merespon dengan cepat fluktuasi permintaan pasar,” ujarnya dalam rilis Jumat (14/6/2024).

Jansen pun membagikan tren digitalisasi rantai pasok berdasarkan data Mekari yang dirangkum di whitepaper tantangan dan peluang rantai pasok di Indonesia, di antaranya:

1. Dominasi digitalisasi

Perusahaan di Indonesia semakin mendigitalisasi pengoperasian rantai pasok mereka. Riset menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan, yaitu sebesar 58 persen, telah menggunakan solusi SCM berbasis awan untuk mengelola rantai pasok.

Jansen menambahkan bahwa perusahaan lebih tertarik pada solusi SCM berbasis awan dibanding on-premise karena manfaat yang dihadirkannya. Solusi SCM berbasis awan membutuhkan biaya investasi dan bulanan yang lebih rendah, serta membebaskan perusahaan dari biaya pemeliharaan software dan infrastruktur milik sendiri.

“Skalabilitas yang ditawarkan solusi SCM berbasis awan menghilangkan salah satu hambatan utama pengadopsian teknologi, yaitu biaya implementasi yang tinggi. Sebab itu, solusi SCM berbasis awan mempercepat adopsi teknologi oleh perusahaan di lintas industri dan membantu mereka merespon permintaan pasar dengan lebih dinamis,” katanya

2. Tumbuh terus

Perusahaan yang memanfaatkan solusi SCM berbasis awan untuk mengelola rantai pasok mencatat pertumbuhan pendapatan hingga 45 persen  lebih tinggi dibanding sebelum menggunakan teknologi tersebut.

“Ini membuktikan bahwa pemanfaatan solusi SCM berbasis awan membuahkan hasil positif yang tercermin dari peningkatan pendapatan bisnis,” kata Jansen.

3. Beban biaya

Perusahaan-perusahaan mengakui bahwa tantangan utama yang mereka hadapi terkait manajemen rantai pasok adalah menekan kenaikan biaya produksi dan logistik (43 persen) , diikuti oleh mencegah dampak lingkungan dari aktivitas rantai pasok (37 persen) serta memitigasi dampak dari disrupsi eksternal seperti keterlambatan dan kekurangan pasokan (36 persen) .

“Fluktuasi permintaan pelanggan, permintaan pasar yang rendah, dan terbatasnya visibilitas rantai pasok menjadi tiga tantangan lainnya yang dilaporkan oleh perusahaan di Indonesia,” katanya.

4. Atraktivitas AI

Saat ini, mayoritas perusahaan ada di tahap adopsi teknologi untuk mengotomatisasi proses utama di rantai pasok. Hanya 6 persen perusahaan yang sudah maju ke tahap adopsi teknologi berikutnya, yaitu menggunakan artificial intelligence (AI) untuk mengelola rantai pasok.

“Namun, 43 persen dari mereka berencana untuk mengadopsi teknologi tersebut dalam 2- 3 tahun ke depan. Ini berarti bahwa potensi transformasi digital, baik di tahap otomatisasi dan di tahap pengimplementasian AI, masih sangat luas,” katanya.

Jansen menambahkan bahwa tren digitalisasi manajemen rantai pasok akan terus bertumbuh karena transformasi digital telah menjadi bagian dari perencanaan strategi jangka panjang di berbagai perusahaan. Kehadiran teknologi mutakhir seperti AI akan membuka peluang baru bagi perusahaan untuk mendongkrak bisnis dengan teknologi.

"Perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mulai mempersiapkan diri untuk bisa menggunakan teknologi masa depan,” tutur dia.

Bagi perusahaan yang masih konvensional, fokus transformasi digital harus dititikberatkan pada pengadopsian solusi digital yang akan mengotomatisasi proses-proses bisnis dasar. Bagi perusahaan yang sudah lebih maju karena telah memanfaatkan solusi digital, tugas berikutnya adalah memperdalam pemanfaatan solusi yang ada untuk mengotomatisasi pengelolaan data.

“Perjalanan menuju adopsi AI memang panjang dan bertahap, namun semua diawali oleh digitalisasi data dan proses untuk meningkatkan visibilitas. Setelah itu, otomatisasi terus dijalankan agar perusahaan dapat memanfaatkan AI di masa depan,” ujar Jansen



(SAN)

Advertisement
Advertisement