Upaya yang dilakukan para pemangku kebijakan di Eropa terhadap krisis COVID-19 telah berhasil memperkecil dampak keras terhadap ekonomi. Akan tetapi, hal itu belum cukup mengangkat kestabilan ekonomi, di mana saat ini masih mencatat pertumbuhan negatif di tahun ini, sedangkan China diperkirakan akan mencatat tingkat pertumbuhan sebesar 2 persen.
Kemudian, China diperkirakan akan tumbuh 5,7 persen tahunan antara 2021-2025 dan 4,5 persen setiap tahun dari 2026 hingga 2030 dan kemudian 3,9 persen dalam lima tahun berikutnya. Sebaliknya, AS diproyeksikan tumbuh sebesar 1,9 persen per tahun dari 2022 hingga 2024 dan kemudian 1,6 persen menyusul "rebound pasca pandemi" tahun depan.
"Untuk beberapa waktu, tema umum ekonomi global telah menjadi perebutan kekuatan lunak dan ekonomi antara Amerika Serikat dan China. Pandemi Covid-19 dan kejatuhan ekonomi yang sesuai telah membuat persaingan ini menguntungkan China," kata laporan itu.
AS adalah negara paling terdampak di dunia yang kehilangan lebih dari 330.000 nyawa akibat pandemi dan mencatat hampir 19 juta orang terinfeksi sejak awal wabah, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins. (TYO)