Setelah mencetak reli pada Mei 2024 lalu dengan rekor tertinggi mencapai USD11.464 per metrik ton, harga tembaga per Juni 2024 pun merosot.
Berdasarkan data dari Bloomberg, tembaga diperdagangkan seharga USD9.759 per metrik ton di London Metal Exchange (LME) bulan ini. Harga tersebut anjlok hingga 1,41 persen secara harian. Tak hanya itu, penurunan harga tembaga ini juga diperkirakan mendekati level terendah di tengah turunnya permintaan pabrikan China.
Sementara itu, kontrak tembaga Juli di Shanghai Future Exchange (SHFE) cukup statis yakni berada di angka CNY79.680 (USD10.9888,98) per ton.
Jika ditilik kembali secara historis, harga tembaga dalam beberapa dekade terakhir telah mengalami kenaikan yang pesat. Dilansir dari Investingnews, harga tembaga sempat berada di titik terendah pada awal Juni 2001 yakni di angka USD0,73 per pon. Namun, pertumbuhan ekonomi global membawa komoditas ini pada lonjakan harga yang signifikan yakni mencapai USD3,91 pada April 2008. Meski tak lama setelah itu, harganya kembali anjlok di angka USD1,29 per pon akibat krisis ekonomi global pada 2008 silam.
Pada saat perekonomian global berangsur pulih, harga tembaga kembali mencatat rekor tertinggi di awal 2011 yakni mencapai USD4,58 per pon. Meski demikian, lima tahun berikutnya yakni pada awal 2016 harganya kembali merosot di angka USD1,95 per pon. Hingga 2020, harga tembaga cukup bertahan di kisaran angka USD2,50 sampai USD3 per pon.
Pada 20 Mei 2024 lalu, harga tembaga berhasil mencapai puncak tertingginya sepanjang dua dekade yakni di angka USD5,20 per pon atau USD11.464 per metrik ton. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya pengetatan pasokan dan peningkatan permintaan akibat transisi ke energi terbarukan.