“Karena di 2019 ketika El Nino kita seolah-olah tidak berdaya mengatasi karhutla. Tahun 2015 kita diprotes karena asapnya menyeberang ke negara tetangga,” kata Suharyanto.
Dia kemudian mengapresiasi upaya tim satgas gabungan dalam menumpas titik api yang masih membandel. Kebakaran lahan gambut memang butuh penanganan khusus. Sebab, meski terlihat sudah padam namun boleh jadi bara api masih terkandung di dalam tanah.
Suharyanto juga melihat bagaimana dua helikopter water bombing BNPB mondar-mandir mengguyurkan air ke titik-titik api yang masih menyala.
Upaya satgas darat dan udara itu menjadi bukti bahwa sebenarnya Indonesia mampu, meski fenomena El Nino juga melanda di tahun 2023 lalu.
“Tahun 2023 walau El Nino karena kita lebih cepat, gesit dan terpadu, kebakarannya ada, tapi lebih sedikit dan tidak sampai menyeberang. Dari 2015 sampai tahun ini turun terus,” kata Suharyanto.
(kunthi fahmar sandy)