sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Cegah Air Rob, Prabowo Bahas Kesiapan Giant Sea Wall Sepanjang Utara Pulau Jawa

News editor Binti Mufarida
10/06/2025 20:41 WIB
Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas (ratas) mengenai kesiapan pembentukan tanggul laut (Giant Sea Wall) di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.
Cegah Air Rob, Prabowo Bahas Kesiapan Giant Sea Wall Sepanjang Utara Pulau Jawa (FOTO:Biro Pers Sekretariat Presiden)
Cegah Air Rob, Prabowo Bahas Kesiapan Giant Sea Wall Sepanjang Utara Pulau Jawa (FOTO:Biro Pers Sekretariat Presiden)

IDXChannel - Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas (ratas) mengenai kesiapan pembentukan tanggul laut (Giant Sea Wall) di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025).

Momen Presiden Prabowo memimpin ratas ini dibagikan oleh akun media sosial resmi Sekretariat Kabinet. 

Tampak sejumlah menteri Kabinet Merah Putih yang hadir diantaranya Menteri Investasi dan Hilirisasi yang juga Kepala Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan Roeslani, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Sekretaris Kabinet (Seskab) Letkol Teddy Indra Wijaya, juga sejumlah pejabat lainnya.

“Pembentukan tanggul ini diharapkan dapat mencegah air rob, meredam penurunan permukaan pantai, dan menjadi reservoir air bersih,” tulis @sekretariat.kabinet.

Sebelum ratas, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian juga membagikan informasi tersebut kepada awak media. Dia menyebutkan, bahwa Presiden Prabowo akan memimpin ratas mengenai Giant Sea Wall hingga pengelolaan sampah.

“Saya rapat, diundang rapat, informasinya mengenai giant sea wall, sama masalah lingkungan hidup, masalah pengelolaan sampah,” kata Tito.

Tito menjelaskan, pengelolaan sampah di sejumlah daerah akan melibatkan masyarakat. Tujuannya, agar sampah bisa diolah dan bisa menjadi nilai ekonomi.

“Ada juga yang menggunakan metode hilir seperti di Jakarta kan Hilir itu artinya kita kan hanya mengumpulkan di bak-bak sampah, tidak mengolah sendiri. Setelah itu kan nanti diangkut ke tempat pembuangan akhir, seperti di Bantarang Gebang,” ujar Tito.

“Apakah kita mau terapkan hulu-hilir atau ke hulu saja atau ke hilir saja karena beberapa praktek ada yang berbasis hulu, ada yang berbasis hilir ada juga yang hulu-hilir melibatkan masyarakat dan juga kalau ada di tempat pembuangan akhirnya juga diolah untuk menjadi nilai ekonomis,” katanya.

(kunthi fahmar sandy)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement