IDXChannel – Jumlah lapangan pekerjaan di Inggris menyusut tajam dengan laju tercepat sejak pandemi Covid-19. Itu terjadi akibat kebijakan razia pajak Menkeu Rachel Reeves.
Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan, jumlah karyawan yang digaji di negara itu anjlok sebanyak 109.000 orang antara April dan Mei menjadi 30,2 juta tenaga kerja. Menurut laporan Telegraph, Selasa (10/6/2025), angka tersebut menjadi penurunan terbesar selama lima tahun, jauh melampaui penurunan yang terjadi pada awal pandemi Covid-19.
Perkiraan awal dari ONS juga menunjukkan, ketenagakerjaan pada Mei anjlok pada laju tercepat di luar pandemi setidaknya sejak 2014. Penurunan tajam terjadi setelah razia pajak Asuransi Nasional senilai 25 miliar pound sterling oleh Reeves, serta kebijakan lain yang berdampak pada kenaikan upah minimum buruh mulai berlaku pada April.
Para pencari kerja di sektor swasta menghadapi pasar terberat sejak pandemi. "Iklan lowongan kerja turun menjadi 736.000 dalam tiga bulan hingga Mei, dibandingkan dengan 760.000 pada Februari hingga April," kata ONS.
Kantor itu juga menyebutkan, pekerjaan yang hilang pada April lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Pasar tenaga kerja mengalami penurunan yang lebih besar, yakni 55.000 karyawan, dibandingkan dengan 33.000 yang diperkirakan sebelumnya.
Secara total, ada 274.000 pekerjaan yang hilang di Inggris dalam 12 bulan terakhir menyusul kebijakan penggerebekan pajak ala Reeves. Angka resmi menunjukkan tingkat pengangguran naik menjadi 4,6 persen dalam tiga bulan hingga April, naik dari 4,4 persen. Ini adalah angka tertinggi sejak musim panas 2021 ketika Inggris baru saja mengakhiri lockdown akibat Covid.
Meskipun pengangguran meningkat, pekerjaan di sektor publik melonjak ke level tertinggi dalam 14 tahun saat Reeves bersiap untuk mengumumkan belanja besar-besaran sebesar 300 miliar pound sterling pekan ini.
Menurut data, hampir 6,2 juta orang bekerja di sektor publik Inggris pada Maret lalu. Jumlah itu 35.000 lebih banyak dari tahun sebelumnya dan menjadi jumlah tertinggi sejak Desember 2011.
(Ahmad Islamy Jamil)