Presiden Putin menyatakan, hubungan Rusia–Indonesia berkembang secara konsisten dan memiliki banyak prospek kerja sama.
“Volume perdagangan naik. Kami ada banyak perspektif di berbagai bidang, termasuk pertanian, penjelajahan luar angkasa, dan energi. Kerja sama di bidang militer dan teknis. Kami ada banyak peluang dan kapasitas untuk berkembang," ujar dia.
Melalui pertemuan ini, Indonesia dan Rusia menunjukkan komitmen kuat untuk memperdalam hubungan ekonomi yang lebih luas dan inklusif, sejalan dengan peran strategis keduanya di kawasan Global South dan dalam BRICS.
Pertemuan kedua kepala negara membahas sejumlah sektor ekonomi strategis sebagai berikut:
1. Perdagangan dan Perjanjian Dagang
Kedua negara sepakat mempercepat implementasi Indonesia–Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I–EAEU FTA) yang telah rampung secara substansial dan ditargetkan ditandatangani tahun ini. Perjanjian ini membuka peluang ekspor baru bagi Indonesia dan meningkatkan arus perdagangan bilateral.
2. Sistem Pembayaran dan Transaksi Mata Uang Lokal (LCT)
Prabowo dan Putin membahas potensi kerja sama sistem pembayaran lintas negara, termasuk pemanfaatan QRIS dan transaksi Local Currency Transaction (LCT) untuk memperlancar perdagangan dan mengurangi ketergantungan pada mata uang asing pihak ketiga.
3. Energi dan Teknologi Nuklir
Indonesia menyatakan minat memperluas kerja sama di sektor energi, termasuk pengembangan Small Modular Reactor (SMR). Rusia menyambut baik keinginan ini dan mendorong penyelarasan teknis melalui Mutual Recognition Agreement (MRA) sebagai dasar kerja sama lanjutan.
4. Pertanian dan Ketahanan Pangan
Rusia menawarkan kerja sama dalam penyediaan bahan baku pupuk, benih pertanian, dan produk daging ke Indonesia. Sebagai tanggapan, Indonesia mendorong peningkatan ekspor Crude Palm Oil (CPO) ke pasar Rusia untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan neraca perdagangan.