IDXChannel - Perseteruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell semakin panas. Gedung Putih terus mendesak pemangkasan suku bunga acuan segera.
Dalam postingan media sosial terbarunya, Trump menyebut Powell sebagai pecundang besar dan membantah AS terancam inflasi.
"Hampir tidak ada inflasi, tetapi ekonomi dapat melambat, kecuali Tuan Terlambat, si pecundang besar, menurunkan suku bunga sekarang," kata Trump di platform media sosial Truth Social, dilansir dari Euronews pada Selasa (4/22/205).
Trump membandingkan The Fed dengan Bank Sentral Eropa (ECB), yang telah memangkas suku bunga tujuh kali.
"Powell selalu terlambat, kecuali saat masa pemilu ketika ia menurunkan suku bunga untuk membantu Joe Biden dan Kamala terpilih. Bagaimana hasilnya?" kata Trump.
Komentar memicu aksi jual lebih lanjut pada aset-aset AS, termasuk ekuitas, dolar, dan obligasi pemerintah. Investor mengkhawatiran independensi The Fed di masa mendatang.
“Jika Powell dipecat, akan ada volatilitas besar-besaran di pasar keuangan, dan penarikan aset AS yang paling dramatis yang dapat dibayangkan,” kata Ahli Strategi Senuor Pepperstone Michael Brown.
"Jika ini terjadi, maka status dolar sebagai cadangan dunia, dan status safe haven dari obligasi pemerintah, akan hilang—mungkin secara permanen," katanya.
Powell enggan buru-buru memangkas suku bunga acuan The Fed karena kebijakan tarif Trump diperkirakan memicu inflasi. Washington mengumumkan serangkaian tarif tinggi sejak awal 2025.
Berdasarkan peraturan yang ada, The Fed bersifat independen dari pemerintah AS. Namun, banyak pihak khawatir Trump akan mencari celah hukum untuk memecat Powell. Masa jabatan Powell baru akan berakhir pada Mei 2026. (Wahyu Dwi Anggoro)