IDXChannel - Para eksportir India bersiap menghadapi penurunan tajam pesanan dari AS, setelah perundingan perdagangan gagal dan Washington mengonfirmasi bahwa tarif baru atas barang-barang dari negara Asia Selatan tersebut akan berlaku mulai Rabu.
Dilansir dari laman Investing Selasa (26/8/2025), bea masuk tambahan sebesar 25 persen yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump menjadikan total tarif hingga 50 persen.
Ini salah satu yang tertinggi di Washington, sebagai balasan atas peningkatan pembelian minyak Rusia oleh New Delhi.
"Pemerintah tidak memiliki harapan untuk keringanan atau penundaan segera atas tarif AS," kata seorang pejabat Kementerian Perdagangan, yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Eksportir yang terkena tarif akan menerima bantuan keuangan dan didorong untuk melakukan diversifikasi ke pasar alternatif seperti China, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Namun, Kementerian Perdagangan tidak segera menanggapi surel yang meminta komentar atas pemberitahuan terbaru tersebut.
Bea masuk baru ini akan berlaku mulai pukul 00.01 EDT pada hari Rabu (09.31 IST). Namun pengecualian berlaku untuk pengiriman dalam transit, bantuan kemanusiaan, dan barang-barang dalam program perdagangan timbal balik.
Adapun nilai tukar rupee India jatuh ke level penutupan terendah tiga minggu di 87,68 terhadap dolar, meskipun sempat pulih setelah dugaan intervensi bank sentral untuk mendukungnya. Indeks saham acuan dan masing-masing ditutup turun 1 persen, mencatat sesi terburuk dalam tiga bulan.
Keputusan tarif hari Rabu menyusul lima putaran perundingan yang gagal, di mana para pejabat India telah mengisyaratkan optimisme bahwa tarif dapat dibatasi hingga 15 persen.
Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent menuduh India secara tidak langsung mendanai perang Rusia melawan Ukraina dengan meningkatkan pembelian minyak Rusia.
Bulan ini, Bessent juga mengatakan India mengambil untung dari impornya yang meningkat tajam, mencapai 42 persen dari total pembelian minyak, dibandingkan kurang dari 1 persen sebelum perang.
India belum mengeluarkan arahan tentang pembelian minyak dari Rusia. Perusahaan-perusahaan akan terus membeli minyak berdasarkan pertimbangan ekonomi, kata tiga sumber di sektor penyulingan.
Di sisi lain, kelompok eksportir memperkirakan kenaikan tarif dapat memengaruhi hampir 55 persen ekspor barang dagangan India senilai USD87 miliar ke Amerika Serikat, sekaligus menguntungkan pesaing seperti Bangladesh, China, dan Vietnam.
"Para pelanggan AS telah menghentikan pesanan baru," kata Pankaj Chadha, presiden Dewan Promosi Ekspor Teknik. "Dengan tarif tambahan ini, ekspor dapat turun 20 persen hingga 30 persen mulai September dan seterusnya," ujar dia.
(kunthi fahmar sandy)