Melalui langkah itu, lanjut Firman, Indonesia juga diharapkan dapat menjadi rujukan perbankan syariah di dunia dengan keunggulan jumlah penduduk muslim terbesar.
“Semoga acara ini dapat memberikan informasi bagaimana prospek perbankan syariah di Indonesia, tantangan yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya sehingga perbankan syariah dapat tumbuh dengan baik memenuhi harapan yang besar dari masyarakat muslim dan masyarakat secara umum”, Ujar Rektor UGM Panut Mulyono dalam sambutannya.
Universitas Gadjah Mada mendukung penuh terhadap upaya edukasi dan sosialisasi keuangan syariah yang saat muncul dan tumbuh dengan sangat baik. Terlihat dengan munculnya program studi, pusat studi dan komunitas forum diskusi yang terkait dengan keuangan syariah. Mardliyah Islamic Center UGM saat ini memiliki kepedulian terhadap bisnis, keuangan dan enterprenuer yang berasaskan syariah dengan bekerja sama dan berkolaborasi dengan lembaga-lembaga di luar UGM seperti BSI, OJK dan KNEKS.
Harapannya BSI dapat menjadi role model kemudian bisa memberikan pengayoman kepada bank-bank kecil terutama di daerah seperti BPD Syariah, BPRS. Selain itu, dalam menjalankan perbankan sayariah saat ini perlu mengembangkan teknologi yang berhubungan dengan big data, algoritma dan artificial intelegence dalam menjadi bank syariah yang mampu memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat.
Beberapa hal yang menjadi kesimpulan dalam materi yang disampaikan narasumber adalah pertama, penyatuan kepemilikan bank syariah merupakan salah satu alternatif menjalankan amanah undang-undang. Kedua, bahwa pengalaman merger tiga bank syariah ternyata mampu menggabungkan potensi terbaik masing-masing bank syariah sehingga menjadi kekuatan yang luar biasa. Ketiga, merger bank syariah merupakan sebuah langkah untuk menjadikan bank syariah yang efisiensi berdaya saing dan sustainable.
(IND)