IDXChannel—Belakangan santer tersiar kabar soal winter tech, sebuah kondisi di mana perusahaan rintisan berbasis teknologi—atau startup—yang perlahan tumbang satu per satu karena penurunan minat dan investasi pada sektor teknologi.
Marak terjadi lay off, beberapa startup mesti memangkas struktur organisasi demi mempertahankan keseimbangan dana operasional. Seperti yang diketahui, perusahaan startup umumnya baru mulai mencatatkan laba setelah bertahun-tahun beroperasi.
Selama masa-masa pengembangan awal hingga ekspansi dan belum mencatatkan laba ini, startup menerima pendanaan atau funding dari beragam venture capital. Dana tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan usaha hingga ekspansi bisnis.
Bisnis layanan berbasis teknologi tidaklah sama dengan bisnis konvensional. Pebisnis konvensional relatif lebih mudah mencatatkan laba, karena barang dan layanan yang diberikan memang bersifat general dan sudah dikenal akrab oleh masyarakat.
Bisnis konvensional juga melibatkan jual-beli barang yang tampak nyata di mata. Sementara startup menawarkan layanan-layanan serba digital yang memudahkan aktivitas penggunanya. Sekilas saja, layanan yang diberikan startup tampak remeh.
Namun dampaknya begitu besar, dengan perkembangan teknologi yang terus bergerak cepat, layanan serba digital membuat pekerjaan dan aktivitas lebih tertata dan mudah terlaksana, dengan pencatatan histori yang mumpuni.
Saat ini, mungkin otomatisasi pemberian pakan ke tambak udang budidaya masih dianggap tidak perlu. Namun pembudidaya yang mampu memanfaatkan teknologi ini, mampu berproduksi lebih efektif dan optimal dibanding pembudidaya konvensional.
Di tengah kelesuan minat investasi startup belakangan ini, pendanaan startup masih berjalan di Indonesia. Beberapa usaha yang menerima funding, di antaranya memiliki lini bisnis yang menarik dan berpotensi untuk berkembang.
Apa saja?
3 Startup Anyar Terima Funding 2023: Potensi Masih Terbuka
Gapai
Gapai adalah aplikasi dan website pencarian kerja khusus untuk pencari kerja yang berminat untuk meniti karier di luar negeri. Gapai baru beroperasi pada Januari 2023, dan telah menerima seed funding dari beberapa investor luar negeri.
Gapai berfungsi layaknya head hunter dan agen pemberangkatan tenaga kerja. Sekilas, layanan yang diberikan tampak sama saja dengan aplikasi jobseeking yang sudah beroperasi. Namun pembeda Gapai yang paling mencolok adalah konsentrasi pada lowongan kerja di luar negeri.
Gapai bekerja sama dengan berbagai perusahaan besar di luar negeri untuk menyediakan tenaga kerja. Sehingga, dapat dipastikan Gapai akan mencari kandidat yang paling cocok sampai dapat, sebab mitra usahanya memang benar-benar membutuhkan.
Dengan bisnis model seperti ini, Gapai tidak perlu pusing membakar uang demi menggaet konsumen. Startup yang dipimpin oleh Radityo Susilo ini memang memiliki segmen pasar yang cukup besar, mengingat kebutuhan lowongan kerja sangat tinggi di Indonesia.
Setahun beroperasi, Gapai sudah memberangkatkan ratusan tenaga kerja ke luar negeri. Perusahaan ini juga membantu kepengurusan administrasi tenaga kerja yang lolos seleksi dan diterima kerja, mulai dari pemberangkatan sampai penempatan di negara terkait.
Komunal
PT Komunal Finansial Indonesia merupakan startup fintech pertama di Indonesia dengan lini bisnis yang fokus pada digitalisasi Bank Perkreditan Rakyat. Komunal menerima pendanaan baru untuk pengembangan senilai USD8,5 miliar dari East Venture.
Dikutip dari website perusahaan (1/1), Komunal memiliki misi untuk meningkatkan inklusifitas keuangan lewat digitalisasi BPR dengan menggabungkan akses pendanaan dan pinjaman. Komunal memberikan solusi kepada masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap layanan perbankan.
Sepanjang 2022, Komunal telah menyalurkan simpanan dan pinjaman senilai USD230 juta ke BPR dan UMKM lokal, meningkat ratusan persen dari penyaluran sepanjang 2021. Produk simpanan yang disediakan berupa deposito dari beragam BPR.
BPR adalah bank dengan basis nasabah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan bank-bank umum. Sehingga penghimpunan dana pihak ketiganya tidak semasif bank konvensional lain.
Namun dengan keberadaan marketplace deposito yang disediakan Komunal, BPR berpotensi mendapatkan penghimpunan DPK lebih masif dan meluas.
Mindtera
Mindtera adalah startup dengan layanan employee assistant platform, yakni platform khusus personalia atau Human Resources Development. Startup ini dirintis sejak 2021, dan tahun lalu menerima seed funding senilai USD850.000 dari berbagai investor.
Dikutip dari website resminya, Mindtera memasang misi untuk memberdatakan tenaga kerja Indonesia untuk meningkatkan kualitas kehidupan profesional dengan pendekatan teknologi dan kemanusiaan.
Adapun produk yang dihadirkan dalam platform Mindtera antara lain: platform bantuan karyawan, coaching dan training, assessment (penilaian EQ & produktivitas), CSR program, konsultasi personal, dan platform bantuan sekolah.
Dengan platform yang disediakan Mindtera, individu dan perusahaan dapat menggunakan beragam tools untuk melacak produktivitas dan assessment untuk para karyawan. Mempermudah pengelolaan tugas dan pencatatan absensi.
Selain itu, Mindtera juga menyediakan fitur-fitur untuk mengecek kesehatan mental karyawan secara personal. Mulai dari tingkat kelelahan, level stress, tingkat resiliensi, cek ketahanan, cek burnout, dan berbagai indikator terkait kesejahteraan karyawan.
Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui seberapa efektif budaya dan alur kerja di perusahaannya masing-masing. Pengelolaan data HRD secara digital juga mempermudah perusahaan untuk menentukan strategi personalia lebih efektif dan tepat sasaran.
Dengan keberadaan AI yang kini mulai banyak diberdayakan untuk meringankan pekerjaan kantoran, bukan tak mungkin divisi sumber daya manusia di tiap-tiap perusahaan akan mulai mengikuti perkembangan teknologi untuk bekerja secara optimal.
Itulah sederet startup baru yang menerima funding pada 2023 dan memiliki potensi pengembangan yang menarik sepanjang tahun ini dan di masa mendatang. (NKK)