Ransomware pertama kali muncul pada akhir 1980-an dengan serangan yang dikenal sebagai AIDS Trojan atau PC Cyborg. Namun, sejak itu, ransomware telah berkembang pesat baik dalam kompleksitas maupun dalam frekuensinya. Di era digital modern, ransomware telah menjadi lebih canggih dan lebih sulit untuk dilawan.
Salah satu dampak paling langsung dari serangan ransomware adalah kerugian finansial. Jurnal-jurnal ilmiah mencatat bahwa serangan ransomware dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, tidak hanya dari pembayaran tebusan itu sendiri, tetapi juga dari biaya pemulihan, kehilangan pendapatan akibat downtime, dan biaya tambahan untuk memperkuat keamanan setelah serangan.
Menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of Cybersecurity (2020), total kerugian akibat serangan ransomware global diperkirakan mencapai miliaran dolar setiap tahun. Biaya pemulihan bisa jauh lebih tinggi daripada tebusan yang diminta, karena melibatkan upaya untuk memulihkan data, memperbaiki reputasi, dan meningkatkan sistem keamanan.
Ransomware dapat menyebabkan gangguan besar. Ketika data atau sistem penting dienkripsi, organisasi mungkin tidak dapat menjalankan operasi normalnya. Ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, kehilangan pelanggan, dan kerusakan reputasi yang signifikan.
Gangguan operasional akibat serangan ransomware dapat berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu, tergantung pada skala serangan dan kemampuan organisasi untuk merespons.
(DKH)