Konferensi tiga hari di Shanghai ini mempertemukan para pemimpin industri dan pembuat kebijakan di tengah meningkatnya kompetisi teknologi antara China dan Amerika Serikat, dua ekonomi terbesar dunia, di mana AI menjadi medan pertempuran utama.
Meski menghadapi berbagai pembatasan, China terus membuat terobosan dalam AI yang menarik perhatian ketat dari pejabat AS.
Wakil Menteri Luar Negeri China, Ma Zhaoxu, dalam sebuah diskusi meja bundar yang dihadiri perwakilan dari lebih dari 30 negara, termasuk Rusia, Afrika Selatan, Qatar, Korea Selatan, dan Jerman, mengatakan China ingin organisasi ini mendorong kerja sama pragmatis di bidang AI dan sedang mempertimbangkan untuk menempatkan markas besarnya di Shanghai.
Kementerian Luar Negeri China juga merilis rencana aksi daring untuk tata kelola AI global dengan mengundang pemerintah, organisasi internasional, perusahaan, dan lembaga riset untuk bekerja sama serta mendorong pertukaran internasional, termasuk melalui komunitas open-source lintas negara.
Konferensi AI yang disponsori pemerintah ini biasanya menarik pemain industri besar, pejabat pemerintah, peneliti, dan investor.