Api tersebut berasal dari bahan organik pada kampas rem bertipe low-metallic, bukan dari komponen karbon keramik seperti pada supercar. Menariknya, Xiaomi menambahkan sistem pengereman regeneratif pada mobil tersebut tidak diaktifkan saat uji coba berlangsung.
Sebagai informasi, YU7 Max memiliki mode berkendara khusus bernama Master Mode dengan fitur Enhanced Energy Recovery yang mampu memberikan deselerasi hingga 0,2G tanpa melibatkan rem gesek secara berlebihan.
Memiliki bobot mencapai 2,3 ton, beban kerja pada rem gesek saat tidak menggunakan fitur regeneratif tentu sangat tinggi. Kondisi ini yang diyakini memicu munculnya api saat pengujian berlangsung di trek.
Insiden ini menggarisbawahi tantangan yang lebih luas dalam desain kendaraan listrik. Sebagian besar bantalan rem pabrik menggunakan formula NAO (non-asbestos organic) atau keramik rendah logam, yang secara khusus dioptimalkan untuk berkendara sehari-hari dan kenyamanan.
Bahan-bahan ini berfungsi dengan baik di bawah 400°C tetapi mengalami pemudaran termal di atas ambang batas tersebut. Pada suhu ekstrem, resin dapat menjadi karbon atau terbakar, terutama saat pengereman regeneratif tidak lagi digunakan untuk melindungi komponen drivetrain.
(Febrina Ratna Iskana)