Bonus Karyawan Silicon Valley Bank Inggris Lebih dari Rp374 Miliar
Ratusan miliar poundsterling terhapus dari nilai saham global minggu lalu setelah runtuhnya SVB
IDXChannel - Anak perusahaan Silicon Valley Bank Inggris dilaporkan telah membayar jutaan poundsterling dalam bentuk bonus setelah beberapa hari setelah bank tersebut dijual dalam kesepakatan penyelamatan seharga £1 atau senilai USD1,22.
Rincian pembayaran muncul ketika bank Credit Suisse yang dilanda krisis tengah melakukan pembicaraan akhir pekan ini dengan UBS mengenai potensi pengambilalihan dan Regulator di seluruh dunia kini berjuang untuk mempertahankan kepercayaan publik terhadap sistem perbankan internasional.
Mengutip dari laman The Guardian, Sabtu (18/03/2023), diketahui Staf Silicon Valley Bank UK (SVB UK) telah menerima pembayaran dari apa yang digambarkan sebagai kumpulan bonus "sederhana" antara £15 juta dan £20 juta atau senilai lebih dari Rp281-374 miliar.
Menurut Sky News yang dikutip dari laman The Guardian, Sabtu (18/03/2023), bonus untuk staf SVB UK telah disetujui oleh pemilik barunya, HSBC, dan bonus-bonus tersebut telah disetujui sebelum kegagalan bank.
"Kami menginginkan bisnis ini dan kami ingin mempertahankan orang-orang yang, pada gilirannya, mendukung para nasabah. Kami telah menghormati pembayaran yang telah disepakati sebelumnya untuk mengakui keahlian mereka dan menunjukkan kepercayaan kami pada SVB UK,” ungkap Ian Stuart, Kepala Eksekutif HSBC Inggris, melalui laman The Guardian, Sabtu (18/03/2023).
Bank tersebut tidak melibatkan dana pemerintah atau dana pembayar pajak dalam penjualan SVB UK yang difasilitasi oleh Bank of England melalui konsultasi dengan HM Treasury.
Ratusan miliar poundsterling terhapus dari nilai saham global minggu lalu setelah runtuhnya SVB sehingga memicu kekhawatiran penularan keuangan yang meningkat ketika regulator menutup Signature Bank berbasis di New York pada hari Minggu lalu setelah pelanggan mulai menarik miliaran dolar.
Pada hari Selasa, Credit Suisse, juga mengalami bahaya karena penemuan "kelemahan material" dalam kontrol pelaporan keuangannya. Selain itu, terjadi aksi jual saham setelah Saudi National Bank, pemegang saham utama, menolak untuk investasi lebih lanjut.
Tiga hari setelahnya, saham Credit Suisse turun sebesar 8% meskipun telah mendapatkan pinjaman darurat senilai £45 miliar atau lebih dari US$54 dari Swiss National Bank dan menurut data Morningstar Direct lebih dari $450 juta atau sekitar £369 juta telah ditarik dari dana kelolaan Credit Suisse di Amerika Serikat dan Eropa antara tanggal 13 dan 15 Maret.
Pada Akhir pekan ini, Credit Suisse, yang dilaporkan mempekerjakan lebih dari 5.000 orang di London, tengah melakukan pembicaraan dengan perbankan besar Swiss, UBS, bersama dengan para regulator mengenai potensi merger dan UBS dilaporkan sedang menganalisa potensi risiko pengambilalihan.
UBS sedang mencari konsesi atas merger apapun, termasuk ganti rugi atau perjanjian pemerintah untuk menutupi biaya hukum di masa depan, menurut sebuah sumber yang dikutip oleh Financial Times. Regulator dikatakan mempertimbangkan bahwa merger mungkin merupakan satu-satunya pilihan untuk mencegah jatuhnya kepercayaan terhadap Credit Suisse.
Kenaikan biaya pinjaman setelah lebih dari satu dekade suku bunga yang rendah secara historis telah memicu kekhawatiran akan terjadinya krisis perbankan global. Hal ini telah mengurangi nilai obligasi jangka panjang yang dimiliki oleh bank dan mempercepat laju penarikan dana oleh nasabah, karena mereka tidak lagi dapat meminjam uang tunai dari tempat lain dengan suku bunga yang sangat rendah.
(Penulis Fidya Damayanti magang)
(SAN)