BANKING

Kilas Balik Aksi Korporasi Banking Terbesar 2021, Ada Merger Bank Syariah hingga Rights Issue

Kunthi Fahmar Sandy 20/12/2021 09:53 WIB

Emiten perbankan meramaikan pasar modal Indonesia dengan berbagai aksi korporasi di 2021.

Kilas Balik Aksi Korporasi Banking Terbesar 2021, Ada Merger Bank Syariah hingga Rights Issue (FOTO:MNC Media)

IDXChannel  - Emiten perbankan meramaikan pasar modal Indonesia dengan berbagai aksi korporasi di 2021. 

Adapun aksi korporasi emiten perbankan mulai dari penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue, merger bank syariah hingga stock split saham. 

Lalu, bank mana saja yang meramaikan aksi korporasi sepanjang 2021? Yuk kita simak kilas baliknya: 

1. Penggabungan bank syariah 

Awal Februari 2021 lalu, BSI atau emiten berkode saham BRIS merupakan hasil penggabungan dari tiga bank syariah besar di Indonesia yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah dengan kinerja masing-masing bank yang sangat baik. 

Melalui merger tiga bank syariah BUMN ini, BSI atau BRIS saat ini memiliki aset lebih dari Rp200 triliun bahkan sudah mulai mendekati angka Rp250 triliun. Kekuatan modal ini tentunya terintegrasi dalam satu entitas bisnis yang jauh lebih kokoh dari sebelum adanya merger. 

Potensi pengembangan bisnis BRIS dinilai akan lebih baik lagi jika rencana penambahan modal yang akan dilakukan BSI dapat terealisasi. Saat ini BRIS juga sudah memiliki basis teknologi yang cukup menopang dalam menggarap pasar digital banking.  

Perseroan pun siap menjadi pemain utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Tanah Air. Hal ini seiring dengan visi pemerintah bahwa Indonesia harus menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah global di masa datang. 

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengungkapkan kesiapan pihaknya menjadi pemain kunci dalam mendongkrak pertumbuhan itu tak terlepas dari potensi ekonomi syariah dalam negeri yang sangat besar. 

“Sebagai bank syariah terbesar, kami bukan hanya ingin handal dalam perbankan syariah saja. Kami ingin menjadi pelaku utama dalam mendorong dan menumbuhkan ekonomi syariah Indonesia. Sehingga potensi ekonomi syariah yang besar ini bisa dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia secara merata. Dan Indonesia bisa menjadi tokoh utama dalam ekonomi syariah dunia,” ujarnya. 

Untuk kinerja BSI pada semester I/2021 tak kalah gemilang, dengan mencatatkan pertumbuhan double digit. 

BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun, atau naik sekitar 34,29% secara yoy. Kenaikan laba dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan dan DPK yang berkualitas. Dengan kinerja yang positif itu, BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021. 

Pertumbuhan aset tersebut naik sekitar 15,16% secara yoy. Untuk pembiayaan, BSI menyalurkan Rp161,5 triliun atau tumbuh sekitar 11,73% secara yoy. Dengan angka tersebut, BSI berhasil menguasai pangsa pasar industri perbankan syariah di Indonesia saat ini. 

“Ini tanda yang positif, artinya masyarakat sudah melirik perbankan syariah karena cukup kompetitif. Diharapkan perbankan syariah dapat mengambil peran dan kontribusi yang strategis agar potensi besar ini memberikan manfaat lebih bagi masyarakat,” ujarnya.

2. Stock Split Saham 

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) telah resmi melakukan stock split sahamnya dengan rasio 1:5 (1 saham dipecah menjadi 5 saham baru). Usai aksi tersebut dilakukan, dalam pebukaan perdagangan hari ini, harga saham BBCA dijual disekitar Rp7.320. 

Seperti diketahui, aksi korporasi stock split ini sebelumnya telah disetujui dengan rasio 1 : 5 (1 saham dipecah menjadi 5 saham baru). Nilai nominal per saham BBCA sebelum stock split adalah Rp62,5, sedangkan nilai nominal per saham BBCA setelah stock split menjadi sebesar Rp12,5. 

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, dengan harga baru yang mulai diperdagangkan hari ini, perseroan berharap harga saham BCA menjadi relatif terjangkau dan mendapat sambutan positif dari investor, terutama investor pemula yang saat ini aktif berinvestasi di pasar modal.  

“Perseroan berkomitmen untuk selalu menjaga soliditas fundamental BCA melalui pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan, sehingga memberikan nilai tambah kepada segenap pemegang saham,” katanya. 

Harga saham BBCA dengan nilai nominal baru mulai diperdagangkan pada pasar reguler dan pasar negosiasi pada Oktober 2021 lalu.  

Sebagai informasi, harga saham BBCA pada saat ini berkisar Rp7.320 per saham, atau setara dengan Rp36.600 per saham sebelum stock split. 

Keputusan Perseroan untuk melakukan pemecahan harga saham tersebut didasarkan pada perkembangan pasar modal saat ini, terutama dengan tingginya minat investor ritel termasuk para investor muda untuk berinvestasi di pasar modal. Perseroan berharap aksi korporasi ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pasar modal dalam negeri. 

3. Aksi korporasi yang ketiga adalah Right issue terbesar di Asia 

Aksi korporasi penerbitan 28,2 miliar saham baru (right issue) yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam rangka pembentukan Holding Ultra Mikro telah terserap seluruhnya dan bahkan mengalami oversubscribed. 

Total nilai Right Issue BRI mencapai Rp95,9 triliun, yang terdiri dari Rp54,7 triliun dalam bentuk partisipasi non tunai Pemerintah dan Rp41,2 triliun dalam bentuk cash proceed dari pemegang saham publik, dimana Rp27,9 triliun diantaranya berasal dari pemegang saham asing. 

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, pencapaian ini menorehkan sejarah, rights issue BRI menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara, menduduki peringkat ketiga di Asia, dan peringkat ketujuh di seluruh dunia. Hal ini diharapkan dapat memberikan angin segar bagi transaksi pasar modal di Indonesia. 

Menteri BUMN RI Erick Thohir mengungkapkan bahwa keberhasilan ini merupakan sebuah prestasi dikarenakan terjadi pada saat market sedang turbulence, sehingga diharapkan right issue ini akan membuat market kembali bergairah. 

“Melalui Holding Ultra Mikro (UMi), UMKM bisa menjadi pertumbuhan ekonomi yang sangat penting. Saat ini 60 persen ekonomi ditopang UMKM, dan UMKM bukan objek tapi subjek yang harus diperjuangkan bersama sama. Sinergi UMi akan membuat pelaku usaha ultra mikro mendapat akses dana lebih mudah, mendapatkan pendampingan serta akses lebih mudah untuk naik kelas,” imbuh Erick. 

Senada dengan Erick Thohir, Sunarso menambahkan dengan hasil rights issue tersebut, maka kepemilikan saham publik masih dapat terjaga di atas 40% sesuai dengan target BRI. 

“Tingginya minat terhadap rights issue BRI ini mencerminkan kepercayaan pemegang saham terhadap visi yang dibangun Pemerintah melalui BRI untuk semakin fokus pada penetrasi keuangan dengan mengamankan sumber pertumbuhan baru di segmen mikro yang pada akhirnya menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham,” urainya. 

“Pencapaian tersebut tidaklah mudah, mengingat proses rights issue BRI dan pembentukan Holding Ultra Mikro dilakukan di tengah kondisi ekonomi yang masih berjuang untuk bangkit akibat pandemi Covid-19. Keberhasilan ini akan mengobarkan semangat BRI dan Holding Ultra Mikro untuk membawa jutaan pelaku usaha ultra mikro naik kelas dan memberikan kontribusi positif bagi para stakeholders, dan perekonomian nasional,” imbuh Sunarso. 

“Sampai saat ini, sejak Februari 2005 BBRI juga masuk LQ45, BBRI juga termasuk perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia serta menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan berdasarkan nilai. Dengan adanya right issue ini dan potensi bisnis yang besar karena terdorong Holding BUMN Ultra MIkro, saham BBRI tentu akan bertambah menarik dan meningkatkan optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI,” pungkas Inarno. 

Right issue yang dilakukan September lalu jelas membantu meningkatkan permodalan BRI. Tercatat Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI tumbuh 24,54% meningkat signifikan dibandingkan September tahun lalu 20,92%.  

Pencapaian-pencapaian tersebut merupakan buah dari strategi BRI yang terus mengutamakan sustainability usaha dan menekankan kehati-hatian disaat kondisi ekonomi belum pulih sepenuhnya akibat pandemi. (SANDY)

SHARE