Kinerja Perbankan Mulai Pulih, Didorong Kenaikan Permintaan Pembiayaan
Selama semester I 2021, kredit tumbuh perlahan hingga berhasil mencapai angka positif 0,59% (yoy) pada akhir semester.
IDXChannel - Intermediasi perbankan mulai tumbuh positif meskipun belum kuat, didorong oleh permintaan pembiayaan yang mulai meningkat seiring dengan membaiknya kinerja korporasi dan Rumah Tangga (RT).
Selama semester I 2021, kredit tumbuh perlahan hingga berhasil mencapai angka positif 0,59% (yoy) pada akhir semester.
"Jumlah pencairan kredit baru yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelunasan yang cenderung menurun, ditambah dengan penurunan kelonggaran tarik kredit (undisbursed loan), mengindikasikan adanya peningkatan permintaan pembiayaan," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Buku Kajian Stabilitas Keuangan No 27 September 2021.
Perkembangan ini antara lain ditopang oleh kinerja korporasi yang membaik, terutama korporasi berorientasi ekspor sejalan dengan peningkatan permintaan global.
Meski masih terdapat kecenderungan penggunaan dana internal, namun korporasi pada beberapa sub-sektor Industri Pengolahan mulai mengindikasikan kebutuhan pendanaan eksternal, termasuk dari perbankan.
Selain perbaikan kinerja korporasi, peningkatan intermediasi juga ditopang oleh permintaan kredit RT, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Perkembangan ini sejalan dengan kecenderungan pengalihan penempatan dana RT pada aset keuangan lain dan properti, menyusul rendahnya suku bunga deposito.
"Di samping itu, pelonggaran rasio Loan to Value (LTV) dan stimulus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah, turut mendorong peningkatan pembiayaan properti," katanya.
Sementara itu, membaiknya kinerja korporasi juga memberi dampak rambatan pada peningkatan pendapatan dan konsumsi RT.
Persepsi risiko perbankan yang membaik dan penurunan suku bunga mendorong perbaikan penawaran kredit. Hasil survei Bank Indonesia menunjukkan bahwa standar penyaluran kredit
bank (Index of lending standard) pada Semester I 2021 cenderung lebih longgar, dengan rasio tolakan kredit yang juga menurun.
Perkembangan ini mengindikasikan perbaikan risk appetite perbankan, menyusul aktivitas usaha yang juga mulai membaik, khususnya pada sektor-sektor yang masih memiliki prospek dan risiko yang baik di tengah pandemi.
Selain perbaikan persepsi risiko, penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan seiring dengan kebijakan penguatan transparansi SBDK juga berdampak positif dalam mendorong intermediasi. Ke depan, penurunan suku bunga ini diharapkan terus berlanjut dalam rangka mendukung percepatan transmisi kebijakan moneter dan peningkatan kredit kepada dunia usaha.
(SANDY)