BANKING

Kondisi Credit Suisse Tak Stabil: Pasar Keuangan Panik

Kunthi Fahmar Sandy 17/03/2023 07:24 WIB

Kerugian Bank Credit Suisse tahun lalu sebesar 7,3 miliar franc Swiss (£6,6 miliar) merupakan rekor

Kondisi Credit Suisse Tak Stabil: Pasar Keuangan Panik (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Pada hari Selasa Bank Credit Suisse harus mengakui "kelemahan" dalam kontrol internalnya setelah ada desakan dari regulator di AS.

Mengutip dari laman The Guardian, Rabu (15/03/2023), kerugian Bank Credit Suisse tahun lalu sebesar 7,3 miliar franc Swiss (£6,6 miliar) merupakan rekor dan arus keluar deposito terus berlanjut dan diketahui pimpinan Saudi National Bank (SNB) telah membeli 9,9% saham di Bank Credit Suisse Swiss tahun lalu. 

Hal tersebut ditandai dengan jatuhnya harga saham mencapai 30% pada satu titik di hari Rabu, ke titik terendah sepanjang masa senilai 7 milyar franc Swiss yang menjadi awal dari sebuah krisis besar. Namun, Pimpinan Bank Credit Suisse, Axel Lehmann, berusaha membujuk para investor untuk melihat fundamental. 

"Kami memiliki rasio-rasio modal yang kuat, neraca yang kuat," katanya. "Kami sudah meminum obatnya,” ujar Axel Lehmann melalui laman The Guardian, Rabu (15/03/2023).

Salah satu masalah SVB selain dari kesalahan manajemen risiko dasar adalah mereka harus mengkristalisasi sebagian dari kerugian tersebut ketika para deposan melarikan diri sehingga tidak menyebabkan pasar bertanya-tanya di mana lagi tekanan obligasi akan membuat beberapa lubang.

Maka dari itu, tidak mengherankan jika FT melaporkan bahwa Credit Suisse telah mengajukan permohonan kepada bank sentral Swiss untuk menunjukkan dukungan publik untuk memutus lingkaran umpan balik negatif. 

Tidak seperti Silicon Valley Bank yang tidak diklasifikasikan sebagai bank penting secara sistemik di AS (sampai akhirnya bangkrut), Credit Suisse memiliki neraca sebesar 530 miliar franc Swiss pada akhir tahun lalu dan diklasifikasikan sebagai lembaga keuangan yang penting secara sistemik secara global. 

Secara teori, klasifikasi tersebut mengatakan seharusnya Credit Suisse dan regulatornya memiliki rencana kedap air untuk menghadapi keadaan darurat apa pun seperti menalangi berbagai kelas pemegang utang untuk memperkuat rasio modal jika perlu dan harus mengasumsikan bahwa prioritas utama pihak berwenang adalah melindungi reputasi negara ini sebagai rumah yang aman bagi perbankan.

Sayangnya, situasi tidak stabil seperti yang ditunjukkan oleh kemerosotan indeks FTSE 100 yang hampir mencapai 300 poin atau 3,8% pada indeks FTSE 100 sehingga kesengsaraan Credit Suisse telah menarik perhatian penuh pasar keuangan. 

(Penulis Fidya Damayanti magang)

(SAN)

SHARE