IDXChannel - Harga minyak kembali bangkit pada Kamis (16/3) setelah sehari sebelumnya sempat meluncur ke posisi terendah 15 bulan akibat gejolak Credit Suisse.
Meski demikian, kekhawatiran terhadap sistem keuangan global dan meningkatnya tekanan pada bank-bank di seluruh dunia, menyebabkan sentimen pasar minyak tetap rapuh.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 0,58% atau 0,39 poin ke level USD68 per barel. Sementara minyak mentah Brent naik 0,71% ke level USD74,21 per barel. (Lihat tabel di bawah ini.)
Pada Rabu, harga minyak mengalami penurunan tiga hari berturut-turut, di mana minyak mentah AS turun di bawah USD70 per barel untuk pertama kalinya sejak 20 Desember 2021.
Sementara harga Brent sempat anjlok hampir 10% sejak penutupan Jumat minggu lalu, sementara minyak mentah AS turun sekitar 11% pada periode yang sama.
"Kondisi ini benar-benar digerakkan oleh faktor makro daripada digerakkan oleh fundamental minyak. Tapi saya tidak benar-benar melihat kehancuran total," kata Viktor Katona, analis energi di perusahaan data Kpler, dikutip Reuters, Kamis (16/3).
Sebelumnya, pasar global dihebohkan oleh pernyataan Credit Suisse pada Kamis yangakan meminjam hingga USD54 miliar dari Swiss National Bank (SNB) untuk menopang likuiditas dan kepercayaan investor setelah kemerosotan sahamnya meningkatkan kekhawatiran tentang krisis keuangan global.
Kekacauan psikologi pasar ini merupakan kelanjutan dari efek tular kolapsnya Sillion Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di AS.
"Sentimen pasar memburuk karena krisis perbankan meluas ke Eropa dari AS. Tren masa depan akan bergantung pada tingkat kecemasan pasar bahkan jika fundamental tidak selalu menunjukkan banyak tanda bearish," kata analis dari Haitong Futures ikutip Reuters, Kamis (16/3).
Rebound pada perdagangan Kamis ini mengikuti pembaruan prospek pertumbuhan China dari Goldman Sachs. Dampaknya, ini memperkuat ekspektasi permintaan minyak yang lebih kuat tahun ini.
Pembaruan analisis Goldman Sachs berdasarkan perkiraan OPEC dan Badan Energi Internasional yang lebih optimis. Dua lembaga ini memperkirakan permintaan minyak global akan mencapai rekor tertinggi tahun ini, pada 102 juta barel per hari.
OPEC menegaskan permintaan minyak tahun ini akan naik 2,32 juta barel per hari dengan China menyumbang sebagian besar permintaan. Namun negara-negara penghasil minyak menyebut kenaikan suku bunga masih akan menjadi penyebab kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global.
Meski demikian, kekhawatiran kelebihan pasokan tetap ada. IEA mengatakan dalam laporannya bahwa stok minyak komersial di negara-negara OECD telah mencapai level tertinggi dalam 18 bulan terakhir.
Sementara produksi minyak Rusia tetap mendekati level sebelum perang pada Februari 2023 meskipun ada sanksi atas ekspor dari negara-negara Barat.
Stok minyak mentah AS juga naik minggu lalu sebesar 1,6 juta barel, melebihi ekspektasi analis sebesar 1,2 juta barel. (ADF)