BANKING

Lawan Lonjakan Inflasi, Bank Sentral Eropa Terpaksa Korbankan Kredibilitas Perbankan

Tim IDXChannel 04/09/2022 19:43 WIB

langkah tersebut juga merupakan pilihan sulit lantaran memiliki konsekuensi yang tidak kalah pelik dan berpotensi memantik permasalahan lebih lanjut.

Lawan Lonjakan Inflasi, Bank Sentral Eropa Terpaksa Korbankan Kredibilitas Perbankan (foto: MNC Media)

IDXChannel - Tekanan inflasi yang terus melonjak tinggi di negara-negara Eropa masih terus membuat pusing berbagai pihak. Salah satunya adalah Bank Sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) yang terpaksa harus menaikkan suku bunga demi meredam lonjakan harga kebutuhan pokok di masyarakat.

Namun, langkah tersebut juga merupakan pilihan sulit lantaran memiliki konsekuensi yang tidak kalah pelik dan berpotensi memantik permasalahan lebih lanjut. Salah satunya yang paling terasa adalah penurunan pertumbuhan ekonomi seiring daya beli masyarakat yang juga teredam.

Tak hanya itu, tingginya bunga dinilai juga bakal merusak kredibilitas perbankan di negara terkait, sebuah kondisi yang tentunya tidak diinginkan dan sangat ingin dihindari oleh bank sentral.

“Tingkat inflasi kemungkinan akan melompat pada bulan September. Akibatnya, tekanan pada ECB untuk terus menaikkan suku bunga secara signifikan kemungkinan akan tetap tinggi,” ujar Ekonom Commerzbank, Christoph Weil, sebagaimana dilansir Reuters, Jum’at (2/09/22). 
 
Menurut Weil, sektor makanan dan bahan bakar sementara ini memang tidak termasuk dalam daftar komponen yang turut mendorong peningkatan inflasi. Namun alkohol dan tembakau terus meroket menjadi 4,3 persen, dari sebelumnya sekitar 4,0 persen.

“Kami sekarang memperkirakan ECB akan menaikkan suku unganya sebesar 75 basis poin, minggu depan. Bahkan jika proyeksi staf baru untuk pertumbuhan mendekati skenario penurunan," Ekonom Bank AB, Nordea, dalam laporan yang sama.

Di lain pihak, ancaman penurunan ekonomi global dalam perkembangannya seolah semakin sulit untuk dihindari, yang kemudian menggiring kekhawatiran masyarakat dunia terhadap bakal terjadinya resesi. Hal ini seiring dengan proyeksi bahwa sektor-sektor energi kemungkinan akan membatasi jumlah produksi, sehingga ditengarai bakal mendorong inflasi semakin meroket.

“Inflasi yang lebih tinggi akan semakin membebani permintaan, menyeret turun pertumbuhan dan mendorong ke dalam resesi musim dingin ini," Ekonom Oxford, Riccardo Marcelli Fabiani.

Fabiani juga mengatakan bahwa resesi sudah ada di depan mata, seiring dengan inflasi yang perlu dikendalikan. Kelangkaan tenaga kerja juga menambah kasus kenaikan suku bunga dan membiarkan resesi berlangsung. (TSA)

Penulis: Bayu Rama

SHARE