BANKING

Milenial dan Gen Z Diimbau Tak Tergiur Tawaran Investasi Imbal Hasil Besar

Suparjo Ramalan 09/10/2024 01:03 WIB

Milenial dan Generasi Z (Gen Z) terus diimbau agar tidak mudah tergiur investasi bodong. 

Milenial dan Gen Z Diimbau Tak Tergiur Tawaran Investasi Imbal Hasil Besar (foto mnc media)

IDXChannel - Milenial dan Generasi Z (Gen Z) terus diimbau agar tidak mudah tergiur investasi bodong. 

Wakil Direktur Utama Holding BUMN Asuransi, Penjaminan, dan Investasi, Indonesia Financial Group (IFG), Haru Koesmahargyo mengatakan, investasi bodong menawarkan suku bunga atau imbal hasil yang tinggi. Sejatinya, investasi return tinggi pasti sejalan dengan risikonya yang besar pula atau high risk, high return.
 
"Jangan tergiur oleh pihak-pihak yang menawarkan investasi bodong, suku bunga tinggi, karena itu semua pasti high risk high return," ujar Haru dalam diskusi Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah, Jakarta Selasa (8/10).

Menurutnya, anak muda harus bisa memastikan masa depan mereka aman dari sisi finansial, sehingga IFG mengingatkan terkait pentingnya berinvestasi secara bijak.

Dia mencatat, dalam 20 tahun mendatang, diperkirakan anak muda bakal menanggung kebutuhan orangtua mereka. Di saat yang bersamaan, kebutuhan anak juga menjadi tanggungan tersendiri.

"Jangan sampai puncaknya tertinggi itu tidak siap menjadi penggendong orangtua dan kewajiban buat anaknya. Tentu harus dipikirkan bagaimana kita memastikan masa depan mereka," ujar Haru.

Selain mengamankan dana pensiun dan income yang stabil pada masa yang akan datang, generasi muda juga harus memastikan proteksi kesehatan bagi mereka dan sang buah hati kelak.

Karena itu, Haru mengatakan, selain investasi, anak-anak muda juga harus mulai memikirkan asuransi. Selagi masih muda dan premi masih murah, dirinya mengajak anak muda untuk berasuransi sedari dini.

"Kalau masih muda itu premi asuransi kita murah. Tapi kalau sudah masuk seperti umur saya ini pasti mahal kan. Nah, milenial mulailah berasuransi, supaya 20 tahun dari sekarang mereka sudah terproteksi," kata dia.

Dia mengaku, penetrasi ataupun literasi asuransi di Indonesia saat ini masih sangat rendah. Berbeda dengan perbankan dengan perkiraan 40 persen penduduk Indonesia telah memiliki rekening bank, penetrasi asuransi disebutnya masih kurang dari 10 persen.

"Padahal asuransi ini penting dalam kehidupan kita yang berfungsi sebagai proteksi atau melindungi dalam banyak hal," kata Haru.

Dia menyinggung banyaknya anak muda yang masuk dalam kategori generasi sandwich, yakni punya banyak tanggungan di luar kebutuhan diri sendiri, mulai dari kebutuhan orangtua, atau bahkan kebutuhan anak.

Kepada para generasi sandwich, Haru menilai, mereka semestinya memikirkan kewajiban anak terlebih dahulu. Menurutnya, kebutuhan orangtua jauh lebih sedikit ketimbang mempersiapkan masa depan anak.

"Kalau generasi orang tuanya itu saya boleh katakan tinggal selesaikan ya. Nah yang masih anak-anak itulah yang disiapkan, sehingga ketika dewasa tidak menjadi beban tersendiri," ujarnya.

(Fiki Ariyanti)

SHARE