BANKING

Perbankan di China Berpotensi Anjlok Rp5.280 Triliun Imbas Krisis Properti

Kunthi Fahmar Sandy 13/10/2022 16:25 WIB

Dalam skenario terburuk, S&P Global Ratings memperkirakan USD356 miliar (Rp5.280 triliun) atau sekitar 6,4 persen kredit perumahan berisiko.

Perbankan di China Berpotensi Anjlok Rp5.280 Triliun Imbas Krisis Properti (FOTO: MNC Media)

IDXChannel – Krisis properti yang menerjang China akan menghancurkan sistem perbankan China dengan nilai mencapai USD56 triliun serta dapat memicu boikot pembayaran hipotek atau KPR.

Dalam skenario terburuk, S&P Global Ratings memperkirakan USD356 miliar (Rp5.280 triliun) atau sekitar 6,4 persen kredit perumahan berisiko. 

Sementara Deutsche Bank memperingatkan setidaknya 7 persen kredit perumahan dalam bahaya. Bank-bank yang terdaftar telah melaporkan kredit perumahan yang ditangguhkan senilai 2,1 miliar yuan, yang terkena dampak boikot.

Profesor keuangan di University of Hong Kong Business School Zhiwu Chen mengatakan, bank terjebak di tengah masalah ini.

"Jika mereka tidak membantu pengembang menyelesaikan proyek, mereka akan kehilangan lebih banyak lagi. Jika mereka melakukannya, itu tentu saja akan membuat pemerintah senang, tetapi mereka menambah eksposur mereka ke proyek-proyek real estate yang tertunda," ujar, Profesor keuangan di University of Hong Kong Business School Zhiwu Chen, dikutip dari laman iNews, Kamis (13/10/22).

China tidak hanya dihantam oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat saja, tetapi gangguan Covid dan rekor pengangguran kaum muda yang tinggi, di Beijing, menempatkan stabilitas keuangan dan sosial sebagai prioritas utama.

Pemerintah juga tengah berupaya untuk mempertimbangkan masa tenggang tenggang pembayaran hipotek dan dana yang didukung bank sentral untuk memberikan dukungan keuangan kepada pengembang.

(Penulis Bayu R magang)

 

(SAN)

SHARE